Salah satu biksu paling senior di Indonesia, Y.M. Jinadhammo, Mahathera, mangkat pada hari Kamis, 26 Januari 2023 pukul 04.00 WIB di Medan. Meskipun Beliau ditahbiskan dalam tradisi Therawada, rangkaian Puja untuk mengantar kepergian Beliau digelar di Wihara Borobudur Medan dengan tiga tradisi secara bergantian, yaitu Therawada, Mahayana, dan Wajrayana.
Puja tiga tradisi ini dilaksanakan pagi dan sore selama lima hari sampai tanggal 31 Januari 2023 mendatang. Setelah itu, upacara akan dilanjutkan dengan prosesi tutup peti pada hari Rabu, 01 Februari 2023, malam kembang pada hari Jumat, 03 Februari 2023, dan kremasi pada hari Sabtu, 04 Februari 2023 pukul 16.00 WIB.
Hingga akhir hayatnya, Bhante Jinadhammo memang sangat menjunjung semangat non sektarian. Mahanayaka Sangha Agung Indonesia/SAGIN (Tahun 2017–2022) dan Anggota Dewan Upajjhaya dan Acariya SAGIN (Tahun 2007–sekarang) ini senantiasa aktif membantu pengembangan agama Buddha di wihara-wihara dengan berbagai tradisi.
Sebanding dengan seberapa lama Beliau mengabdi, Bhante Jinadhammo yang merupakan biksu dengan masa Vassa terbanyak di Indonesia ini telah berjasa besar bagi perkembangan agama Buddha di Indonesia. Dengan tuntunan langsung dari pelopor kebangkitan Buddhadharma Nusantara, Y.A. MNS Ashin Jinarakkhita, Bhante Jinadhammo berjuang amat giat membina umat di Riau, Sumatra Utara, Sumatra Barat dan Aceh.
“Bhante Jinadhammo Mahāthera adalah seorang bhikkhu yang sangat sederhana, mendedikasikan diri bagi perkembangan agama Buddha Indonesia. Ia telah mewariskan nilai-nilai kearifan lokal dan Dharma dalam kehidupan secara sederhana dan bersahaja,” tutur Y.M. Nyanasuryanadi Mahathera, Mahanayaka SAGIN.
Bhante Jinadhammo banyak menyelenggarakan program pelatihan untuk umat Buddha seperti Latih Diri Vipassana Bhavana rutin, Pekan Penghayatan Dharma, dan Latih Diri Atthangasila/Pabbaja Samanera-Samaneri. Beliau juga menggagas pendirian Institut Agama Buddha Smaratungga Cabang Medan yang sekarang dikenal dengan nama resmi Sekolah Tinggi Agama Buddha Bodhi Dharma.
“Agama hanya sebagai baju saja, bicaranya saja yang peduli, tapi nyatanya tidak sama dengan yang diomongkan. Kalau mau jadi siswa Buddha, ya jangan begitu… Jalannya muluk-muluk dan tidak mengerti sama sekali, malu pada umat lain,” demikian salah satu nasihat Beliau.
Dedikasi Beliau bagi Buddhadharma tidak hanya diakui di Indonesia, tapi juga di mancanegara. Beliau bahkan menerima 3 penghargaan dari Thailand.
Terima kasih dan selamat jalan, Bhante Jinadhammo. Semoga Engkau berkenan lahir kembali dan membimbing kami semua yang masih luntang-lantung di samsara.