Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Trending
    • Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    • Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha
    • Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    • Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17
    • Agama Buddha dan Kemerosotan Moral
    • Lagu Titiek Puspa Yang Wajib Direnungkan
    • Brave Bang Bravern! adalah Anime Religi?
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Audiobook
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan YPPLN
      • Laporan Keuangan YPPLN
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Wacana » Artikel » Dharma vs Paham Apokaliptik

    Dharma vs Paham Apokaliptik

    0
    By itsupport on November 30, 2022 Artikel, Featured, Wacana

    oleh Kevin Chow

    Belakangan ini, kita banyak disuguhi berita-berita yang membuktikan bahwa dunia sedang tidak baik-baik saja. Mulai dari berita pandemi dan perang yang masih berlangsung di kancah global hingga berita di skala nasional berupa bencana alam, kasus pembunuhan polisi, hingga kasus-kasus lainnya yang terkadang membuat kita bertanya-tanya: “Kok bisa gitu ya?”. Untuk kasus-kasus tertentu, kita membaca berita tersebut dan berusaha untuk mencerna apa yang sedang terjadi karena terlihat tidak masuk akal. Mungkin, kita sempat berada di satu titik di mana kita berpikir bahwa apakah ini benar-benar mereka (yang terlibat dalam kasus tersebut) yang tidak beres atau kita sebagai pembaca yang gagal memahami perspektif mereka. 

    Misteri Kematian Keluarga di Kalideres 

    Sebut saja salah satu kejadian yang masih hangat dan baru terjadi di Kalideres, Jakarta. Dilaporkan bahwa satu keluarga yang beranggotakan empat orang ditemukan tewas di dalam rumah. Berdasarkan otopsi singkat yang telah dilakukan oleh pihak kepolisian, para korban tersebut diduga tewas karena kelaparan dan tidak ditemukan makanan dalam lambung dari seluruh anggota keluarga tersebut. Penyelidikan lebih lanjut menyatakan bahwa keluarga tersebut hidup berkecukupan yang setidaknya mampu menepis anggapan bahwa mereka bunuh diri karena tidak mampu membeli makanan. Tidak ditemukan juga adanya tanda-tanda kekerasan atau tindak kriminal. Hingga saat ini, motif kematian ini masih belum terungkap. Perlu ditekankan disini bahwa penyebab dan motif adalah dua hal yang berbeda. 

    Seorang Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Adrianus Meliala menilai bahwa keyakinan apokaliptik bisa menjadi salah satu dugaan akan motif dari dari kasus ini. Dikutip dari KompasTV, kata “apokaliptik” berasal dari bahasa Yunani ‘apokalyptien’ yang memiliki arti mengungkapkan sesuatu yang jauh. Kata tersebut diserap ke bahasa Inggris menjadi apocalypse atau di bahasa Indonesia apokalips. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), apokalips memiliki dua makna, yakni wahyu; penyingkapan dan kehancuran dunia pada akhir zaman. Secara singkat, pemahaman ini membicarakan persepsi soal kehancuran dunia di akhir zaman. Beberapa contoh penganutnya misalnya sekte Aum Shinrikyo yang mendalangi serangan gas sarin di Jepang pada tahun 90-an dan kelompok Concerned Christian asal Amerika Serikat yang sempat dideportasi dari Israel karena dugaan percobaan terorisme.

    Menguji Pemahaman Apokaliptik

    Dari sini, kita akan mulai membahas poin-poin yang cukup menarik dari paham apokaliptik ini dan mengujinya berdasarkan pemahaman Buddhisme yang telah dibahas pada artikel sebelumnya, yaitu keyakinan akan adanya kehidupan mendatang setelah kematian. Koordinator Prodi S2 Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Airlangga (Unair) berpendapat bahwa para pengikut paham apokaliptik ini ingin meninggalkan dunia sebelum adanya penghakiman atau munculnya kiamat. Para penganut paham tersebut berspekulasi bahwa mereka lebih baik mengakhiri hidup dengan “lebih terhormat” sebelum terjadinya kiamat yang dianggap sebagai hukuman dari Tuhan. 

    Kita semua tahu bahwa cepat atau lambat, kita semua pasti akan menghadapi yang namanya kematian. Pertanyaannya adalah apakah mengakhiri hidup kita sendiri karena putus asa akibat perasaan keterbatasan diri dan rasa putus asa terhadap sistem kehidupan yang ada merupakan tindakan yang tepat dan bijaksana? Apakah dengan mengakhiri hidup kita saat ini maka segala sesuatu akan selesai begitu saja dan tinggal menghadapi “penghakiman” dari Tuhan? Jika “penghakiman” dari Tuhan tersebut berbentuk surga dan neraka, apakah kita memiliki kesempatan untuk berpindah alam dari nereka ke surga (begitu juga sebaliknya) setelahnya atau kita akan selamanya berada di salah satu alam tersebut tanpa ada kemungkinan untuk keluar dari sana? Jika memang masa kehidupan kita di salah satu alam tersebut bersifat kekal dan apabila kita jatuh ke alam neraka karena perbuatan jahat kita lebih banyak daripada perbuatan baik yang telah kita lakukan selama hidup kita, apakah berarti semua perbuatan baik yang pernah kita lakukan semasa hidup kita menjadi sia-sia begitu saja karena pada akhirnya kita akan terjatuh dan menderita di alam neraka selamanya tanpa ada kesempatan untuk keluar? 

    Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sangat berkaitan erat dengan konsep karma dan pemahaman kita bahwa kehidupan yang kita jalani itu tidak hanya sekali ini saja. Buddhisme percaya bahwa setelah kematian, kita akan terus menjalani kehidupan yang lain secara berulang-ulang apabila kita tidak pernah melakukan sesuatu untuk menghentikan akar dari proses ini. Walaupun kepercayaan-kepercayaan lain juga menyatakan bahwa mereka meyakini adanya kehidupan setelah kematian berupa kelahiran di surga dan neraka, Buddhisme menekankan pada kata kunci “berulang-ulang” yang menyiratkan bahwa kehidupan kita tidak hanya akan berakhir di antara surga atau neraka itu selamanya, melainkan akan ada kehidupan lain lagi setelahnya.

    Setidaknya, ini bisa menjustifikasi konsep karma yang telah kita pelajari bahwa segala sesuatu yang telah kita perbuat akan selalu menjadi sebab yang akan berbuah pada suatu hasil. Didukung oleh konsep kelahiran yang berulang setelah kematian, kita akan menyadari bahwa setidaknya kita masih diberi kesempatan untuk melakukan suatu tindakan yang akan menjadi sebab untuk berbuahnya karma bajik yang pernah kita pupuk di masa lalu. Mengambil contoh makhluk yang terlahir di alam neraka karena karma buruknya yang lebih banyak, kita tidak bisa serta-merta langsung menghakimi bahwa ia sepenuhnya salah dan semua perbuatan bajik yang pernah ia lakukan semasa hidupnya tidak ada nilainya sama sekali. Dengan adanya kehidupan selanjutnya setelah kelahirannya di alam neraka, setidaknya ia masih diberi kesempatan untuk merasakan buah dari karma bajik sebagai akibat dari perbuatan baiknya di masa lampau. 

    Kenapa Pemahaman akan Kehidupan Mendatang Menjadi Sangat Penting?

    Pemahaman yang benar akan kehidupan mendatang menjadi sangat penting bagi kita karena kita jadi termotivasi untuk meninggalkan segala sesuatu yang bersifat tidak bajik dan terus berusaha untuk kebajikan dalam hal apapun yang bisa kita lakukan. Semua itu kita lakukan semata-mata karena kita tahu bahwa segala perbuatan tersebut tidak hanya akan berdampak pada kehidupan saat ini saja, melainkan pada kehidupan kita yang akan datang juga. Paling tidak, pemahaman ini juga akan menyelamatkan kehidupan kita saat ini sehingga kita tidak terjerumus ke paham-paham sesat yang mengaburkan pandangan benar dan logika kita seperti para penganut paham apokaliptik tersebut. 

    Jadi, kita harus terus belajar sehingga kita bisa semakin mengasah kemampuan kita dalam membedakan mana hal yang benar dan salah sehingga tidak mudah terjatuh ke pandangan yang keliru. Gimana sih cara belajarnya? Salah satunya adalah tentu saja dengan terus belajar Dharma, baik itu dari mengikuti pengajaran Dharma langsung, membaca buku-buku Dharma, atau minimal membaca semua artikel dari Lamrimnesia (setelah baca artikel, cari tahu lebih lanjut, ya!). Jadi, yuk kita bareng-bareng mempelajari, merenungkan, dan mempraktikkan semua Dharma di sekitar kita dalam kehidupan sehari-hari!

    Referensi:

    Pembebasan di Tangan Kita Jilid II oleh Phabongkha Rinpoche
    Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan: Lamrim Chenmo Jilid 1 oleh Je Tsongkhapa
    Apa itu Apokaliptik, Disebut Penyebab Kematian Keluarga di Kalideres – Kompas.com
    Benarkah Kematian Keluarga di Kalideres Dipengaruhi Paham Apokaliptik? Ini Tanggapan Pakar Unair – unair.ac.id

    Agama Buddha Indonesia buddhis buddhisme dhamma dharma kalideres kehidupan setelah mati lamrim lamrimnesia
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleBenarkah You Only Live Once (YOLO)?
    Next Article RENT the Musical: Buddhis Berkaca dari Komunitas ODHA
    itsupport

    Related Posts

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    Agama Buddha dan Kemerosotan Moral

    Ini Dia Sulitnya Memperjuangkan Hak Umat Buddha atas Tempat Suci Agamanya Sendiri Sendiri

    Comments are closed.

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    April 30, 2025

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    April 25, 2025

    Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025

    April 21, 2025

    Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha

    Store
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.