Close Menu
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Trending
    • Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025
    • Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha
    • Belajar Dharma dari Ne Zha 2
    • Kelahiran, Kematian, dan Kemanusiaan dalam Film Mickey 17
    • Agama Buddha dan Kemerosotan Moral
    • Lagu Titiek Puspa Yang Wajib Direnungkan
    • Brave Bang Bravern! adalah Anime Religi?
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Audiobook
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan YPPLN
      • Laporan Keuangan YPPLN
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Uncategorized » Tragedi SJ-182: Siapkah Kita Menghadapi Kematian dan Menerima Kehilangan?
    Artikel Dharma Pray For Sriwijaya Air SJ-182

    Tragedi SJ-182: Siapkah Kita Menghadapi Kematian dan Menerima Kehilangan?

    0
    By Redaksi Lamrimnesia on January 13, 2021 Uncategorized

    oleh Nirgundi Jayawardhani

    Berita kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182 menuai banyak tanggapan. Mulai dari ungkapan duka cita, dukungan terhadap keluarga korban, sampai-sampai dark jokes nyeleneh yang membuat hati miris. Bagaimana dengan umat Buddha? Tanggapan seperti apa yang bisa diberikan seorang Buddhis dalam situasi seperti ini? 

    Tanggapan terhadap suatu kejadian tentunya bergantung pada masing-masing orang. Namun, satu hal yang pasti, akan sangat baik bila seorang Buddhis bisa mengaitkan setiap fenomena yang ia alami atau temui dengan Dharma. Y.M. Biksu Bhadra Ruci dalam buku “Bertuhan, Beragama, dan Hal-Hal yang Belum Selesai”, berujar sebagai berikut. 

    “Umat Buddhis di Indonesia masih menganggap bahwa diri mereka dan Dharma adalah dua alam yang berbeda. Mereka bisa saja keluar rumah dan bercuap-cuap tentang keagungan sosok Buddha dan Dharma yang beliau ajarkan, lalu kembali masuk ke rumah dan bertingkah seolah-olah Dharma itu tak ada. Hampir tak ada individu yang memperlakukan Dharma sebagai instruksi pribadi dalam rangka melatih kapasitas batin. “

    Y.M. Biksu Bhadra Ruci

    Sama halnya dengan ketika kita melihat berita mengenai kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ-182, alangkah baiknya jika kita mengaitkan berita tersebut dengan perenungan Dharma. Kita keliru jika menganggap bahwa berita tersebut hanyalah fenomena duniawi dalam keseharian yang tidak ada kaitannya dengan Dharma sama sekali. Praktik Dharma bukan cuma waktu kita duduk meditasi atau melakukan kebaktian. Sebaliknya, justru lewat fenomena-fenomena dalam keseharianlah kita dapat melatih batin kita dengan Dharma. Lantas, topik Dharma apa yang bisa direnungkan terkait berita kecelakaan pesawat tersebut? Tentunya banyak sekali perenungan yang dapat dilakukan, namun yang paling terkait adalah topik mengenai ketmatian dan ketidakkekalan.

    COVID-19 sudah mengingatkan kita akan kematian berulang kali tanpa ampun. Setelah sekian lama dan sering terpapar berita COVID-19, bukannya takut, kita malah bosan dan makin berani menganggap sebelah mata momen kematian. Tambahan lagi, hingar-bingar momen tahun baru juga membuat kita semakin lupa bahwa kita, para manusia ini, tidaklah abadi. Kita pastilah mati, tapi entah kapan waktu pastinya. Dua poin ini merupakan double hit yang seharusnya semakin mendorong kita untuk mewaspadai kepastian kematian. 

    Momen kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182 ini tidak hanya perlu menjadi perhatian bagi para keluarga korban semata, melainkan juga menjadi pengingat bagi seluruh umat manusia di bumi. Bagaimana jika  pesawat yang kita tumpangi di masa mendatang juga mengalami kecelakaan? Bagaimana jika ada keluarga kita yang mengalami kecelakaan pesawat di masa mendatang? Bagaimana jika ternyata waktu kematian sudah dekat, merenggut habis kehidupan kita atau kehidupan orang yang kita cintai dari dunia? Bagaimana keadaan kita ataupun orang yang kita cintai setelah kematian? Apakah kita sudah siap menghadapi kematian dan kehilangan? Apakah orang-orang yang kita cintai juga sudah siap menghadapi kematian? Semua pikiran ini yang seharusnya mengisi kepala kita ketika melihat berita duka kecelakaan Sriwijaya Air SJ-182.

    Barangkali, para pembaca merasa pertanyaan-pertanyaan barusan terlalu skeptis, suram, menakut-nakuti, dan tidak etis. Namun, bukankah semua pertanyaan-pertanyaan di atas memang merupakan kemungkinan yang tak dapat dihindari? Kita, orang-orang yang kita cintai, orang-orang yang kita benci, dan bahkan semua makhluk tidak dapat mengelak atau mengulur waktu kematian. Kematian pasti akan datang, tapi tidak tahu kapan. Tidak tahu juga apa yang akan menjadi sebabnya. Mengapa kita masih sibuk membohongi dan meyakinkan diri bahwa kita akan terus hidup? Sang Buddha saja tak dapat menghindari kematian, bagaimana dengan kita? Masihkah kita tidak berani mengakuinya? Masihkah tabu untuk membahasnya? 

    Baca juga: Jika hidupku tinggal sehari, ini yang harus kuperbuat.

    Kematian sungguh suatu topik yang wajar (bahkan harus) direnungkan dan dibahas.  Alih-alih mengelak darinya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang jauh di awang-awang, kita semestinya belajar menapak dan menerima ketidakkekalan, menerima kemungkinan kita mengalami kematian. Dengan mulai menerima kematian, kita justru dapat melihat kematian bukan sebagai hal yang tabu atau yang perlu ditakuti lagi, melainkan sebagai hal yang dapat mendorong kita untuk semakin giat untuk melatih diri dalam Dharma.

    Agama Buddha Indonesia dhamma dharma kematian dan ketidakkekalan lamrim lamrimnesia Pray for Sriwijaya Air SJ-182
    Share. Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Email
    Previous ArticleKebajikan dalam Untaian Doa: Umat Buddhis atau Filsuf Buddhis; Kamu yang Mana?
    Next Article Menyingkirkan Keraguan Seputar Vaksin COVID-19 ala Buddhis
    Redaksi Lamrimnesia

    Related Posts

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    Agama Buddha dan Kemerosotan Moral

    Ini Dia Sulitnya Memperjuangkan Hak Umat Buddha atas Tempat Suci Agamanya Sendiri Sendiri

    Leave A Reply Cancel Reply

    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    April 30, 2025

    Merenungkan Demo Hari Buruh dari Sudut Pandang Buddhis

    April 25, 2025

    Tiga Bulan YPPLN Berkarya – Triwulan Pertama 2025

    April 21, 2025

    Melampaui Gender: Potret Perempuan dalam Sutra Agama Buddha

    Store
    © 2025 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.