Selamat hari kemerdekaan!.
Merdeka berarti bebas, lepas. Tujuh puluh tiga tahun yang lalu, bangsa kita akhirnya bebas setelah dijajah selama lebih dari 3,5 abad. Sebelum tanggal 17 Agustus 1945, leluhur kita hidup dalam keadaan yang terbelenggu. Mereka tidak memiliki kebebasan untuk melakukan apa yang mereka inginkan Dan meraih kebahagiaan seperti kita sekarang.
Generasi kita mungkit sulit membayangkan kondisi tidak bebas yang dialami bangsa kita sebelum kemerdekaan. Kondisi Kita sekarang jauh lebih baik dan patut disyukuri. Namun, jika kita renungkan lagi, apakah kita sekarang juga sudah benar-benar bebas dari segala bentuk penderitaan?
Kita mungkin bebas secara fisik, tetapi bukan berarti kita sama sekali tidak pernah merasa terkekang–terkekang oleh aturan, tugas-tugas, tanggung jawab, atau hal-hal eksternal lain yang seharusnya lazim dalam hidup. Kenapa kita merasa demikian? Bisa jadi penyebabnya adalah bahaya internal yang membelenggu batin kita sehingga kita kesulitan menerima hal-hal yang terjadi di luar diri. Kita pun merasa terkekang, tidak bebas, dan tidak bahagia
Dalam Buddhadharma, ada satu sosok penting yang identik dengan kata ‘bebas’. Tahukah kamu siapa dia?
Jawabannya adalah Arya Tara.
Tara merupakan perwujudan dari welas asih Dan pertolongan Buddha yang mengambil bentuk perempuan. Kata “Tara” sendiri berarti “Pembebas Yang Mulia”. Sesuai dengan nama tersebut, Bhagawati Arya Tara memang mampu membebaskan kita. Arya Tara bekerja agar kita dapat meraih kebebasan batin dari bahaya internal yang dibahas di atas. Seperti apa sih bahaya dan kebebasan yang dimaksud? Yuk Kita simak sama-sama!
1. Bebas dari Singa Kesombongan
Kesombongan membuat kita tidak menyadari kekurangan diri kita sehingga melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Kesombongan ini menimbulkan penghinaan seperti cakar seekor singa yang melukai.
Bebas dari kesombongan akan membuat Kita merasa lega. Butuh energi yang luar biasa besar untuk meyakinkan diri sendiri
dan pihak lain bahwa kita lebih baik daripada diri kita saat ini. Ketika kita sudah bebas dari kesombongan itu, kita akan mulai mengalihkan energi untuk memperbaiki diri kita Dan menjinakkan batin kita. Kualitas baik kita pun akan berlipat ganda dengan sangat cepat. Hati Kita akan menjadi ringan; kita bisa menertawakan kelemahan kita, dan tidak lagi merasa takut kalau- kalau orang lain akan menunjuk kekurangan kita.
dan pihak lain bahwa kita lebih baik daripada diri kita saat ini. Ketika kita sudah bebas dari kesombongan itu, kita akan mulai mengalihkan energi untuk memperbaiki diri kita Dan menjinakkan batin kita. Kualitas baik kita pun akan berlipat ganda dengan sangat cepat. Hati Kita akan menjadi ringan; kita bisa menertawakan kelemahan kita, dan tidak lagi merasa takut kalau- kalau orang lain akan menunjuk kekurangan kita.
2. Bebas dari Gajah Ketidaktahuan
Sangat kuat, tetapi tidak dapat dikendalikan, seekor gajah gila meneror semua yang menghalangi jalannya. Demikianlah batin kita yang diracuni oleh cengkeraman ketidaktahuan. Ketidakmampuan membedakan yang baik dan buruk membuat kita melakukan apa pun yang diperlukan untuk mendapatkan kesenangan atau keuntungan sesaat dan berujung pada kerugian bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Kita bebas dari gajah ketidaktahuan ketika mampu bermawas diri dan menjaga sila. Ketika kita senantiasa ingat akan sila sebagai pedoman hidup dan menjaga perilaku kita agar sejalan dengannya, kita tidak lagi merugikan diri kita dan orang di sekitar kita dengan tindakan yang merusak sehingga bisa menemukan kedamaian.
3. Bebas dari Api Amarah
Amarah diumpamakan dengan api karena kekuatannya yang cepat dan tidak pandang bulu dalam menghancurkan potensi positif, harmoni, dan kepercayaan antara sesama, yang telah dikembangkan dengan usaha besar dalam jangka waktu yang panjang. Gara-gara percikan kecil, kita fokus pada satu hal yang tidak menyenangkan dan membesar-besarkannya hingga merusak kedamaian Dan kebahagiaan dalam batin kita.
Bebas dari Amarah berarti mengembangkan kesabaran. Kesabaran menghasilkan stabilitas mental tertentu sehingga welas asih dan pandangan terbuka. Kita pun akan mampu memandang persoalan dengan bijak dan mengatasinya tanpa menyakiti siapapun.
4. Bebas dari Ular Iri Hati
Iri hati dengan bodoh membuat kita berpikir bahwa kita akan bahagia jika menghancurkan kebahagiaan orang lain. Seperti ular ganas nan berbisa yang membunuh orang sehat, iri hati meracuni kebahagiaan dan kebaikan dari diri sendiri maupun pihak lain.
Bebas dari iri hati berarti berbahagia atas kebahagiaan orang lain. Ini berarti kesempatan kita untuk merasa bahagia jadi semakin banyak. Lebih jauh lagi, ketika kita bersukacita dalam kebajikan orang lain—kebaikan, kemurahan hati, disiplin etis, kesabaran, upaya bersemangat, konsentrasi, kebijaksanaan, dan sebagainya milik mereka—kita mengumpulkan potensi positif seolah-olah kita telah memiliki atau melakukan tindakan bermanfaat itu sendiri. Kita pun terinspirasi until berusaha mencapai hal yang sama.
5. Bebas dari Pencuri Pandangan Salah
Ketika kita memiliki harta benda yang membawa kita pada kemakmuran dan kebahagiaan, kita dengan tekun melindunginya dari pencuri. Demikian juga, kita harus memastikan terlindunginya ketepatan pandangan kita terkait masalah-masalah spiritual. Masalahnya, kadang Kita tanpa sadar menyambung-nyambungkan Dharma dengan ide-ide yang kita sukai dan menjadikannya pembenaran atas ide tersebut.
Bebas dari pandangan salah memastikan Kita hidup dengan mengandalkan paham-paham yang tepat, mengembangkan kualitas yang bermanfaat serta menjauhi hal-hal yang merugikan. Dengan demikian, barulah kita bisa mencapai kemajuan dan kematangan batin.
6. Bebas dari Belenggu Kekikiran
Sangat mudah untuk berpikir kita adalah orang yang murah hati dan dermawan. Kita
berpikir, “Aku tidak melekat. Aku akan bahagia dengan berbagi apa pun yang kumiliki dengan orang lain.” Namun, ketika Kita kehilangan sesuatu, misalnya sepasang sepatu, kita akan marah. “Siapa yang mengambil sepatuku? Berani sekali mereka! Kembalikan sepatuku!”
Saat kita bebas dari kekikiran, kita akan menyadari bahwa kebahagiaan tidak terbatas pada keberadaan barang-barang materi. Kita juga akan terbebas dari ketakutan akan kehilangan harta benda. Kita juga akan dengan mudah berbagi dengan orang lain, merasakan kebahagiaan dari mmemberi, Dan menciptakan karma positif yang membawa kita pada kemakmuran di masa depan.
7. Bebas dari Luapan Kemelekatan
Kemelekatan menyerupai luapan banjir; kita tanpa daya tersapu arusnya. Ketika batin kita melekat pada hal-ihwal, tidak ada tempat
untuk hal lain. Kita terobsesi pada objek kemelekatan kita; kita cemas kalau-kalau tidak mendapatkannya dan takut kehilangannya begitu kita mendapatkannya.
Bebas dari kemelekatan berarti kita bisa mengurangi satu bentuk penderitaan yang senantiasa mewarnai hidup kita di samsara, yaitu penderitaan dari ketidakpuasan atau gagal mendapatkan apa yang diinginkan setelah berusaha sedemikian rupa.
8. Bebas dari Setan Keraguan yang Memangsa
Ketika keraguan kita muncul dalam bentuk
kebingungan dan cenderung menuju pandangan salah, batin kita berputar dalam lingkaran buatannya sendiri dan kita pun lumpuh secara spiritual. Keraguan yang menyesatkan ini menghabiskan waktu
kebingungan dan cenderung menuju pandangan salah, batin kita berputar dalam lingkaran buatannya sendiri dan kita pun lumpuh secara spiritual. Keraguan yang menyesatkan ini menghabiskan waktu
kita dan menyia-nyiakan kesempatan kita untuk meraih pembebasan. Ia menyerupai setan pemangsa yang menghancurkan hidup dan memperpendek potensi perkembangan seseorang.
Bebas dari keraguan berarti kita bisa melangkah dengan mantap di jalan kebajikan. Kita tak akan lagi setengah-setengah dalam melatih batin kita sehingga mampu mencapai hasil yang diharapkan, yaitu tumbuhnya kualitas bajik dan semakin dekat ke kebahagiaan sejati.
Hari ini kita memperingati hari kebebasan negeri kita. Ini merupakan momen yang tepat until merenung sejenak, apakah diri kita masih sering merasa terkekang? Apakah kita sudah benar-benar bebas dari bahaya yang membua?
Kita bisa memohon kepada Arya Tara untuk membebaskan kita dari 8 bahaya ini. Memohon kepada Arya Tara bukan berarti kita bergantung pada kekuatan supernatural di luar diri kita. Sebaliknya, kita memanggil benih welas asih dan kebijaksanaan yang ada dalam batin kita sendiri. Membayangkan dan memeditasikan sosok Arya Tara, perlambang segala kualitas bajik yang bebas dari 8 bahaya yang disebut di atas, akan mendorong kita dan memberi kita kekuatan untuk meraih kebebasan yang sama. Dengan cara meditasi yang tepat, didukung oleh aktivitas pengumpulan kebajikan dan motivasi yang murni, kita pasti bisa mencapai batin yang bebas dan berbahagia.
—
Ingin tahu lebih lanjut tentang metode meditasi kepada Arya Tara Sang Pembebas? Temukan di buku “Bebas dari Ketakutan” dari Lamrimnesia Store!