Oleh Sharon Salzberg and Pastor angel Kyodo williams
Perubahan politik sesungguhnya mestilah bersifat rohani. Praktek rohani haruslah bersifat politis. Sharon Salzberg dan pastor angel Kyodo williams membicarakan bagaimana menyatukan kedua dunia ini untuk membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih.
Sharon Salzberg: Saya ingin memulai dengan meditasi. Pusatkan perhatian dan energi pada tubuhmu dan rasakan nafasmu. Temukan tempat nafasmu terasa paling kuat, geser perhatianmu ke sana, dan tenangkan dirimu. Rasakan nafasmu, yang alami dan wajar, rasakan dia muncul dan berubah.
Tak peduli apapun yang kita hadapi, tak peduli di manapun kita, kita punya jangkar ini, sebuah titik pusat yang selalu ada asalkan kita mengingatnya. Pusatkan perhatianmu pada hela nafasmu.
Bila gangguan yang tak seberapa kuat hadir, anda masih dapat terhubung pada nafasmu. Biarkan saja mereka berlalu. Namun, apabila muncul gangguan yang cukup kuat untuk menarikmu sehingga anda melamun, terjebak dalam fantasi, atau tertidur, tidak usah khawatir.
Momen ketika anda menghilang, ketika anda terlepas, sebenarnya adalah momen terpenting. Inilah saat anda mendapatkan kesempatan untuk melepasnya dengan lembut. Salah satu guruku menyebutnya ‘latihan otot pelepasan’. anda mendapat kesempatan mengulang lagi. Daripada membebani dirimu sendiri, anda dapat melepasnya dan mulai dari awal.
Saat anda merasa siap, anda dapat membuka mata atau menaikkan pandangan. Terima kasih.
Saya hendak menceritakan tentang sepotong percakapan saya beberapa tahun silam dengan seorang pionir hak azasi mengenai kasih pada semua makhluk dan kasih pada kehidupan, yang menjadi satu.
Myles Horton adalah pendiri Sekolah Rakyat Highlander di Tennessee, yang merupakan semacam balai pelatihan untuk pendemo hak azasi dan belakangan untuk orang-orang yang menginisiasi gerakan peduli lingkungan.
Saya menanyakan padanya apa yang dia lakukan untuk membangun ketahanan mental atau beristirahat dari tekanan dan stres dari pekerjaannya. Dikatakannya,”Saya melihat gunung-gunung itu. Saya duduk saja, dan menikmati pemandangannya.”
Kemudian kami berpindah menuju topik meditasi cinta-kasih, yang merupakan bagian besar ajaran saya. Dia mengatakan,”Martin Luther King dulu selalu mengatakan pada saya,”Anda harus mengasihi semua orang.” Dan saya dulu selalu menjawab,”Oh tidak. Saya hanya harus mengasihi orang yang pantas dikasihi.” King akan tertawa dan mengatakan,”Tidak. Anda harus mengasihi semua orang.””
Itu adalah pertanyaan yang rumit. Apa maksudnya mengasihi semua orang? Mengasihi orang yang sesungguhnya tidak anda sukai, yang akan anda protes dan lawan?
Pastor angel Kyodo williams: Anda tidak harus menyukai semua orang sama sekali! [Tertawa] Orang-orang selalu menggoda saya tentang ini. Sedikit sekali orang yang saya sukai. Namun, saya mengasihi semua orang. Dan hal ini mungkin. Kenyataannya, inilah jembatan penghubung kehidupan rohaniah dan aktivisme.
Mengenai praktek Buddhisme, saya memikirkan bahwa ketika orang-orang sudah berada pada puncak pengamalannya mereka selalu merasa harus menanggapi permasalahan yang ada di dunia. Tidakkah itu yang terlintas ketika anda sudah mencapai titik itu, entah di manapun ‘titik itu’?
Tapi pengalaman saya tidak demikian, karena itu saya mengubah arah ke aktivisme. Mereka selalu berusaha mengubah dunia, dan saya berpikir apabila saya dapat mendukung mereka dengan meditasi dan latihan kesadaran, mereka dapat melakukannya dengan lebih baik.
Dalam pekerjaan keadilan sosial, pilihan satu-satunya adalah mengasihi semua orang. Jika tidak, maka tidak ada jalan untuk perubahan yang berarti.
Yang saya temukan, tentu saja, adalah bahwa mereka hampir tidak mengasihi siapapun. [Tertawa]. Jadi kasih adalah fokus saya sebab Dalam pekerjaan keadilan sosial, pilihan satu-satunya adalah mengasihi semua orang. Jika tidak, maka tidak ada jalan untuk perubahan yang berarti. Entah kita condong kepada komunitas rohaniah ataupun komunitas aktivisme, yang kita butuhkan adalah kombinasi pikiran yang ingin mengubah dunia dan pikiran yang mantap, tidak bias, dan menginginkan perubahan sebagai bentuk kasih, bukan kemarahan.
Penting sekali supaya tidak terjebak dalam pandangan sendiri. Meskipun anda mengira pandangan anda benar, selalu ada orang lain dengan cara yang lain. Maka anda bisa jadi terlibat dalam konflik yang sulit diselesaikan kecuali dengan kasih.
King dan Gandhi mengerti bahwa setiap orang memegang sebagian kecil kebenaran. Maka ketika anda mengejar keadilan sosial, sulit untuk berpegang pada interpretasi anda sendiri tentang kebenaran. Anda mengira bahwa semakin anda mengejar keadilan sosial, semakin anda tahu mana yang benar dan salah. Sebenarnya, yang terjadi adalah kebalikannya.
Kebahagiaan dan penderitaan, benar dan salah, suka dan tidak suka, semuanya adalah paradoks yang hadir bagi kita yang mencoba menyeimbangkan kehidupan dalam dan luar. Kita merasa segalanya adalah antara ini atau itu: Antara kita suka dan setuju pada seseorang, atau kita memusuhi dan harus membenci mereka. Pertanyaannya adalah bagaimana kita hidup di semesta yang penuh dengan dualisme tersebut?
Sharon Salzberg: Terima kasih. Yang barusan indah sekali. Kebahagiaan merupakan semacam sumberdaya internal bagi orang-orang yang mencari perubahan sosial-politik. Saya tak paham bagaimana kita dapat terus memberi ketika kita sendiri merasa kekurangan dan kelelahan, ketika kemurahan hati mencoba memberi dari ketiadaan.
Perasaan pemenuhan yang kita dapat dari kebahagiaan diri sendiri adalah hadiah bagi orang lain juga, tak hanya diri sendiri. Beberapa orang mengira kebahagiaan hanyalah sekadar menghindari masalah dan mengejar kenikmatan. Mereka merasa bersalah untuk berbahagia karena banyak orang menderita. Ya, banyak orang menderita dan hal ini sangat menyedihkan, namun sulit sekali membantu orang lain tanpa persediaan kebahagiaan dari dalam diri.
Bersama kebahagiaan, keceriaan adalah aspek fundamental satu lagi. Kekurangan keceriaan adalah masalah yang sering dihadapi aktivis. Di sisi lain, beberapa diantara kita yang pekerjaannya merenung cenderung menghindari konflik. Jika kita harus menuruti Perkataan Benar (samma vaca), maka kita tak akan membicarakan tentang ras, karena akan sulit sekali.
Aktivis senang sekali membicarakan perjuangan, namun saya memberitahu mereka untuk mengeluarkan kata tersebut dari kosakata kita. Saya katakan,”Apakah engkau mengizinkan orang-orang dalam hidupmu mati-matian menistakan diri seperti dirimu?” dan mereka bilang,”Tidak, tentu saja tidak, bukan itu yang kami inginkan.”
Jika sekarang kita mati-matian menistakan diri unutk mendapat keadilan, apakah hal ini akan berubah ke depannya? Sebab apapun yang kita lakukan sekarang akan kita lakukan di masa depan.
Sharon Salzberg: Saya rasa satu hal yang bisa dipelajari komunitas meditasi kepada komunitas aktivis adalah berpikir secara sistemik. Sendirinya, meditasi akan menghasilkan kebaikan hati dan kasih, namun tidak diarahkan pada sistem sosial dan politik.
Ini seperti seseorang di jalanan meminta-minta uang. Praktek meditasi dapat membuat anda menatap mereka dan melihat penderitaan mereka sebagai manusia, yang merupakan hal baik, namun belum tentu membuat anda bertanya,”Seperti apa perundang-undangan perumahan di kota ini?”
Ini tentang melihat lebih jauh: apa kondisi dan sebab sosial yang menyebabkan orang-orang menjadi tunawisma? Saya mempelajari pemikiran semacam ini dari anda, angel. Saya tidak yakin bisa mempelajarinya hanya dari meditasi saya sendiri. Butuh pendidikan yang berbeda untuk menyadarinya.
Pastor angel Kyodo williams: Kebanyakan orang yang bergiat dalam aktivisme struktural melakukannya karena pengalaman sendiri, setidaknya pada awalnya. Entah kebutuhan pribadi atau hubungan dengan seseorang yang menderita karena tekanan masyarakat. Jadi kita punya tantangan karena meditasi dan kesadaran nampaknya hadir di lahan terbatas kulit putih tua yang berkecukupan.
Saya terobsesi untuk menjawab bagaimana mengubahnya. Bagaimana kita tidak membiarkan kondisi diri menentukan fokus dari praktek kita?
Jika pandangan kita tetap di situ-situ saja, maka kita mengarahkan kasih kita hanya kepada hal-hal pribadi atau bersifat pribadi. Jarang sekali pandangan ini bisa mengarah pada masalah sistemik, sebab tidak ada dorongan pribadi untuk melakukannya. Orang-orang tidak akan merasa perlu ikut campur dalam gerakan seperti SARA dan supremasi kulit putih karena mereka tidak merasa terkena dampaknya secara pribadi.
Kita harus menuntaskan ini. Kita tidak dapat membiarkan media hebat seperti meditasi dibatasi oleh kondisi priobadi seseorang. Kita tidak punya cukup sumberdaya untuk menggerakkan negeri ini menuju keadilan sosial yang lebih baik kalau penggeraknya mengharuskan setiap orang merasakan sakitnya secara pribadi.
Saya rasa ada sesuatu dalam susunan sosial kita yang berkontribusi pada kondisi ini. Ada sesuatu dari cara kita mempraktikkan Buddhisme yang membuat kita terasa mengucilkan diri. Padahal, praktek ini semestinya mengarahkan kita untuk lebih dapat mengerti dunia danorang-orang di sekeliling kita. Kita malah menjadi sangat individualis. Sudah saatnya mengubahnya.
Bagaimana kita mengubah penyampaiannya sehingga kasih untuk semua orang menjadi penggerak kita?
Begitupun, aktivis mengatakan,”Oh, saya tidak punya waktu, dan yang untuk merenung.” Mereka hanya melihat kondisi mereka saat ini. Di sisi yang berkecukupan orang-orang berkata,”Oh, saya tidak tersentuh oleh masalah pendidikan, akses ke sumber air, dan rasisme sistemik.”
Tentang apa keadilan sosial sebenarnya? Tentang apa praktek perenungan sebenarnya? Apa yang menggabungkan keduanya sehingga kita tidak hanya melihat kondisi pribadi untuk mengarahkan kita? Bagaimana kita mengubah penyampaiannya sehingga kasih untuk semua orang menjadi penggerak kita?
Pastor angel, saya menyukai apa yang anda katakan soal tidak harus menyukai semua orang. Bagi saya, ada rasa jiik yang menggantung, sehingga saya tidak tahu bagaimana membawa kasih ke sana. Saya sangat tertekan oleh kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, terutama pengantin anak-anak yang dijual pada lelaki pada usia muda. Yang saya rasakan adalah kebencian bagi mereka yang melakukannya dan saya tidak paham bagaimana merespon mereka dengan kasih yang sama besarnya.
Pastor angel Kyodo williams:Saya rasa yang penting adalah mengetahui bedanya kejijikan terhadap ketidakadilan dan tidak mengasihi orangnya. Dalam pengalaman saya, ini sebenarnya hubungannya adalah dengan hubungan anda dengan diri anda sendiri. Jalan untuk mengasihi semua orang adalah mengasihi diri sendiri, seutuhnya.
Jadi kita harus menyelidiki apa yang tidak dapat kita terima dari diri sendiri, apa yang rasanya tidak bisa diubah, tidak bisa dikontrol, dan harus ditinggalkan. Saya benci saya tidak bisa melakukan apapun mengenai kekerasan terhadap wanita dan anak-anak, dan saya merasa benci pada pelakunya. Namun, saya tidak kenal mereka, jadi hampir mustahil merasakan benci, menurut saya. Yang sebenarnya saya benci adalah perasaan tidak sanggup berbuat apa-apa.
Bagi saya, kelakuan individu adalah tanda-tanda kegagalan masyarakat. Ketika saya duduk dengan merasakan penuh keberadaan seorang manusia, saya tidak benar-benar merasakan benci sama sekali. Saya merasa sedih atas kondisi mereka dan masyarakat yang membiarkan ketidakadilan terjadi. Mereka juga terjebak, sama seperti orang-orang lainnya yang membiarkan hal ini terjadi dalam susunan sosial. Hal ini sulit diterima. Dan sebagai praktek juga sangat, sangat, sangat dalam, namun saya belum menemukan hal lain yang lebih benar dan mudah diraih.
Sharon Salzberg: Saya merasa kebenarannya ada dalam ajaran Buddha. Suatu masa Buddha berujar pada seorang raja,”Engkau harus adil, engkau harus tidak berpihak, dan engkau harus murah hati.” Namun sang raja lupa bermurah hati sehingga orang-orang mulai kelaparan dan begitulah mereka akhirnya mencuri. Lalu Sang Buddha mengatakan pada sang raja,”Intinya bukan membuat hukum untuk menangani para pencuri. Intinya adalah mencaritahu kenapa orang-orang kelaparan.”
Jadi itulah kuncinya. Lihat lebih dekat. Lihat segala sebab dan kondisi. Namun, nasehat semacam ini jarang diterapkan di negeri ini.
Pertanyaan: Saya sudah banyak berpikir tentang mengasihi diri sendiri, namun saya merasa harus menyukai segalanya tentang saya untuk bisa mengasihi diri sendiri. Namun saya mendapatkan pencerahan dari obrolan anda bahwa saya hanya perlu memiliki belas kasihan terhadap diri sendiri. Saya tidak harus menyukai segala bagian dari diri saya. Ini sebuah kemajuan.
Sharon Salzberg: Anda benar. Saya rasa setengah yang membuatnya sulit adalah bedanya belas kasihan terhadap diri sendiri dan kepercayaan diri. Kepercayaan diri itu menyenangkan. Anda tidak perlu cuma fokus pada kelemahan anda. Mungkin pagi ini anda melakukan sesuatu yang benar-benar bodoh, namun anda juga melakukan lima hal hebat. Ingat-ingat juga hal baik ini.
Belas kasihan terhadap diri sendiri muncul ketika anda gagal, ketika anda membuat kesalahan. Ketika saya mengajarkan meditasi, saya berkali-kali menekankan hal ini! Pikiran anda akan ke mana-mana sebelum 9000 kali tarikan nafas. Mungkin cuma sekali, atau dua kali, lalu anda sudah melamun. Bisa jadi anda sudah benar-benar hilang. Inilah kesempatan ajaib untuk memaafkan diri anda dan mengulangi lagi.
Inilah saat yang revolusioner dalam meditasi. Inilah belas kasih pada diri sendiri, entah dinamakan itu atau tidak. Terjadinya adalah ketika kita mulai menyelamati diri sendiri namun ternyata kita sudah berbelok dari tujuan semula. Bagaimana kita mulai lagi? Dengan kasih. Maka saya rasa anda benar. Masukkan ini di kolom nasehat kepercayaan diri! [Tertawa]
Pertanyaan: Pastor angel, ketika anda kembali ke komunitas anda, mereka mungkin memandang Buddhisme sebagai sesuatu untuk orang kaya, bukan untuk mereka. Bagaimana anda mendekatinya?
Pastor angel Kyodo williams: Saya tidak lagi bicara tentang Buddhisme ke orang biasa. Dengan segala hormat, saya tidak peduli dengan Buddhisme. Saya tidak membangun negeri berdasarkan Buddhisme. Kami cukup banyak membangun negeri. Kami adalah bangsa kolonial berdasarkan warisan, dan kami sangat sungguh-sungguh dalam hal yang kami bangun.
Saya hanya ingin semuanya bekerja dengan baik. Saya ingin orang-orang terbebas. Saya hanya menunjukkan dasarnya dan membiarkan orang menemukan jalan mereka sendiri apapun praktek, warisan, tradisi, atau agama yang mereka rasa membebaskan mereka. Sepanjang mereka jelas bahwa intinya soal kasih dan pembebasan.
Pertanyaan: Anda membicarakan soal bagaimana belas kasih dan cinta kasih dapat mengubah masyarakat. Namun kita sehari-hari berkutat dengan segala macam ketidakadilan. Bagaimana anda bisa cukup bersabar menghadapinya?
Sharon Salzberg: Saya menemukan bahwa visioner biasanya punya kualitas kesabaran yang luar biasa. Orang-orang yang dapat melihat gambaran besar kehidupan biasanya punya kesabaran yang tidak habis-habisnya. Mungkin itu karena mereka terhubung dengan hal-hal yang lebih besar, sementara saya terjebak dalam naik-turun kehidupan.
Perasaan yang sama untuk semua orang tidak berarti abai. Saya rasa yang penting adalah mengakui seberapa banyak yang kita tidak tahu, sebab bagian besar dari apa yang membentuk masyarakat kita adalah aksi instan. Kita lalu melihat ke belakang dan bertanya,”Siapa yang tahu semua akan jadi begini?”
Segalanya butuh waktu, dan banyak sekali hal yang belum diketahui, namun jangan putus asa. Mungkin ada kalanya demikian, namun saya merasa itulah awal gerakan yang signifikan, sehingga sayapun merasa semacam kebahagiaan. Sulit mengetahui apa yang ada di akhir, sangat sulit, namun kita mendapat energi untuk melakukan apa yang menurut kita harus dilakukan.
(Sumber: Lionsroar.com | Diterjemahkan oleh Lisa Santika Onggrid)