Oleh Dr. Alexander Berzin
Kecemburuan membuat kita takut akan ditinggalkan oleh teman dan pasangan, mengganggu hubungan dan menyebabkan kita kehilangan kedamaian pikiran. Jika kita semakin cemburu dan posesif, kita semakin mendorong orang lain untuk menjauh. Dengan memahami bahwa kita mampu mencintai begitu banyak hal dan orang, maka kita dapat mengatasi kecemburuan. Mencintai orang lain tidak akan mengurangi cinta pasangan terhadap kita maupun sebaliknya. Hal ini bahkan akan memperkayanya.
Cemburu vs Iri Hati
Kecemburuan dapat muncul dalam berbagai bentuk. Jika kita masih lajang dan merasa cemburu pada pasangan yang kita lihat atau tertarik pada orang yang sudah berpasangan, sesungguhnya ini adalah iri hati. Kita berharap kita-lah yang mendapatkan kasih sayang dan perhatian tersebut atau kita menginginkan hubungan cinta seperti itu. Dalam kedua contoh ini, kita iri akan sesuatu yang tidak kita miliki, dan hal ini dapat menimbulkan perasaan serba kekurangan dan masalah kepercayaan diri.
Kecemburuan dalam hubungan
Rasa cemburu yang muncul ketika menjalani sebuah hubungan bahkan lebih mengganggu. Fokusnya bukan pada milik orang lain, melainkan pada pasangan, teman, atau orang ketiga; kita takut akan kehilangan hubungan khusus ini karena munculnya pihak ketiga. Kita menjadi tidak toleran terhadap persaingan maupun kemungkinan perselingkuhan. Sebagai contoh, kita cemburu jika pasangan bercanda atau menghabiskan banyak waktu dengan orang lain. Bahkan seekor anjing dapat merasakan kecemburuan jenis ini ketika bayi yang baru lahir tiba di rumah. Kecemburuan jenis ini mengandung unsur kebencian dan permusuhan serta rasa tidak aman dan keraguan yang kuat.
Jika merasa tidak aman, kita akan mulai cemburu ketika pasangan atau teman sedang bersama orang lain. Hal ini muncul karena kita tidak yakin dengan nilai diri kita sendiri dan meragukan rasa cinta orang lain kepada kita, sehingga kita jadi tidak percaya pada pasangan. Kita takut akan ditinggalkan. Ketakutan ini bisa muncul meskipun pasangan atau teman tidak menghabiskan waktu dengan orang lain sama sekali.
Mengatasi Kecemburuan
Untuk mengatasi kecemburuan, kita perlu merenungkan bahwa batin kita mampu mencintai semua orang – ini adalah salah satu aspek sifat Kebuddhaan. Menegaskan fakta ini dapat membantu kita mengatasi kecemburuan dengan cara melihat bahwa mencintai satu orang bukan berarti tidak mencintai orang lain. Lihat saja diri kita sendiri: kita mampu membuka batin terhadap begitu banyak hal dan manusia (lihat artikel: Apa itu Cinta?). Dengan hati yang terbuka, kita memiliki cinta untuk pasangan, teman, anak, hewan peliharaan, orang tua, negara, alam, Tuhan, hobi, dan lain sebagainya. Di dalam hati kita terdapat ruangan bagi mereka semua karena cinta tidaklah eksklusif. Kita mampu mengatasi dan berhubungan dengan semua objek cinta kita dengan sempurna, menunjukkan perasaan kita pada setiap objek dengan cara yang sesuai. Tentu saja wujud cinta dan perhatian kita terhadap anjing berbeda dengan wujud cinta pada istri, suami, atau orang tua kita!
Jika kita dapat memiliki hati yang terbuka, maka pasangan atau teman kita pun demikian. Hati setiap orang memiliki kemampuan untuk mencintai begitu banyak hal dan orang – bahkan terhadap seluruh dunia. Tidaklah adil dan realistis bila kita berharap atau bahkan mendesak agar cinta mereka hanya untuk kita semata dan tidak untuk sahabat atau minat lain. Apakah kita sebegitu merendahkan mereka sehingga menganggap tak ada ruang di hatinya untuk kita dan orang lain? Apakah kita ingin menghalangi kemampuan mereka untuk merealisasikan sifat Kebudhaan dan meraih kebahagiaan terbesar dalam hidup? (Silakan baca lebih lanjut tentang sifat kebuddhaan)
Di sini kita bukan berbicara tentang perselingkuhan secara seksual. Permasalahan monogami dan perselingkuhan seksual adalah hal yang sangat rumit dan mendatangkan banyak persoalan lain. Jika pasangan seksual kita berselingkuh atau menghabiskan banyak waktu dengan orang lain – terutama bila kita telah menikah atau memiliki anak kecil – bersikap cemburu, benci, dan posesif bukanlah emosi yang baik. Kita harus menghadapi situasi ini dengan pikiran jernih. Memaki pasangan atau membuat mereka merasa bersalah jarang membuat mereka mencintai kita.
Membuka hati kita untuk cinta
Ketika kita mengira bahwa cinta dan persahabatan hanya dapat dilakukan dengan satu orang semata, kita akan merasa bahwa cinta dari orang itu (pasangan atau teman) saja yang berarti bagi kita. Bahkan jika ada banyak orang lain yang mengasihi kita, kita cenderung mengabaikan hal itu dan berpikir, “mereka tidak masuk hitungan”. Dengan terus-menerus membuka hati kita pada sebanyak mungkin orang lain dan menerima cinta yang dilimpahkan orang lain (teman, keluarga, hewan peliharaan, dsb) untuk kita pada saat ini, masa lalu, dan masa mendatang, akan menolong kita untuk merasa aman secara emosional. Hal ini akan membantu kita mengatasi keterikatan terhadap seseorang yang kita anggap sebagai objek utama cinta kita.
Sifat maha tahu dan maha pengasih berarti memikirkan semua orang dalam hati dan pikiran kita. Meskipun demikian, ketika seorang Buddha fokus pada atau sedang bersama dengan satu orang, dia akan memusatkan seluruh perhatiannya terhadap orang tersebut. Artinya, mencintai semua orang tidak mengurangi cinta kita pada masing-masing individu. Kita tidak perlu takut bahwa membuka hati kepada banyak orang membuat hubungan pribadi kita jadi kurang menarik atau menyenangkan. Kita menjadi tidak terlalu melekat dan bergantung pada satu hubungan saja untuk merasa puas. Kita mungkin menghabiskan lebih sedikit waktu pada masing-masing individu, akan tetapi kita sepenuhnya terpusat pada orang tersebut. Hal yang sama berlaku untuk cinta orang lain kepada kita saat dilanda cemburu, kita mengira bahwa cinta mereka akan berkurang karena mereka juga mencintai orang lain.
Tidaklah realistis bila berpikir bahwa satu orang merupakan pasangan kita yang sempurna, “belahan jiwa” yang saling melengkapi dalam segala hal dan saling berbagi seluruh aspek kehidupan. Pemikiran ini berasal dari mitologi Yunani kuno yang diceritakan Plato bahwa pada mulanya kita adalah satu kesatuan yang dibagi menjadi dua. Separuh jiwa kita ada di luar sana, dan cinta sejati terjadi bila kita bertemu dan bersatu dengan sang belahan jiwa. Meski mendasari romantisme khas Barat, mitos ini tidaklah mengacu kepada kenyataan. Sama halnya dengan percaya bahwa pangeran tampan berkuda putih akan datang menyelamatkan kita. Kita memerlukan hubungan saling mencintai dengan banyak orang agar dapat saling berbagi tentang ketertarikan dan kebutuhan kita. Hal ini terjadi baik dalam diri kita, maupun pasangan atau teman. Kita tidak mungkin memenuhi segala keinginan mereka, sehingga mereka juga perlu berteman dengan yang lain.
Ringkasan
Ketika seseorang memasuki kehidupan kita, akan berguna bagi kita untuk memandangnya laksana burung liar indah yang hinggap di jendela kita. Karena takut ia akan terbang ke jendela orang lain, kita mengurungnya di dalam sangkar. Sang burung akan menderita, kehilangan keceriaannya, dan bahkan bisa mati. Seandainya, tanpa perasaan posesif, kita membiarkan burung itu terbang bebas, kita dapat menikmati saat menyenangkan ketika burung itu sedang bersama kita. Bila ia terbang dengan kehendaknya sendiri, dia akan kembali jika ia merasa aman bersama kita. Dengan menerima dan menghormati hak pasangan dan teman kita untuk berteman dengan orang lain, maka hubungan kita dengannya akan menjadi lebih sehat dan tahan lama.
(Sumber: Study Buddhism | Diterjemahkan oleh Tim Hendera)