Musisi legendaris Indonesia Titiek Puspa baru saja tutup usia pada 10 April 2025. Sejak usia 15 tahun, ia berkarya tanpa henti, menyanyi, menulis lagu, dan membawa pesan kebaikan lewat musik. Hingga usia senja, Eyang masih memikirkan anak-anak jalanan. Beliau ingin mereka punya tempat untuk belajar budaya Nusantara agar tumbuh mencintai Indonesia.
Hati Eyang begitu besar. Tak heran begitu banyak lagu-lagunya yang menyentuh jiwa. Ini dia karya Titiek Puspa yang bisa kita renungkan!
Kupu-Kupu Malam
Kita seringkali menghakimi orang hanya berdasarkan apa yang dilihat mata kita seperti profesi, harta, atau bahkan penampilan. Karena ketidaktahuan, kita menganggap orang tertentu lebih hina dari yang lain. Padahal, di balik semua itu, semua orang sama: takut menderita, ingin bahagia. Tapi pada kenyataannya, kita masih pilih-pilih dalam membantu orang. Kita belum bisa menyamaratakan bahwa semua orang yang memerlukan pertolongan wajib kita bantu.
Lagu Kupu-Kupu Malam mengingatkan kita untuk melihat ke dalam diri: apakah kita berhak menentukan siapa yang pantas atau tak pantas bahagia? Sudahkah kita adil dalam berwelas asih?
Menabung
Siapa yang diajarin menabung sama orang tuanya sejak kecil? Saya!!! Lagu Menabung juga mengingatkan kita kalau menabung uang itu sangat penting. Tapi sebenarnya dalam hidup, khususnya seorang Buddhis, ada satu hal lagi yang tak kalah penting untuk kita tabung.
Menabung bukan cuma tentang uang lho. Buat seorang Buddhis, menabung juga bisa berarti mengumpulkan kebajikan. Iya, tabungan karma baik yang suatu saat bisa “dicairkan” dalam bentuk kebahagiaan sejati.
Ingat, menabung kebajikan bukan berarti menyiksa diri, ya! Seperti kata Eyang di lagu ini: “Jajan sih boleh saja, sisihkan buat nabung!”
Jatuh Cinta
Siapa yang setuju kalau dimabuk cinta adalah hal yang paling menyenangkan? Pasti dong, nggak ada yang nggak setuju kan? Nah, cinta juga bisa diolah jadi energi kebaikan lho. Apalagi cinta yang nggak cuma buat satu orang, tapi untuk semua makhluk!
Apanya Dong
Saat ini kita selalu mengejar hal-hal duniawi: mobil mewah, rumah megah, jabatan tinggi, dan seterusnya. Kadang kita lupa bahwa yang dibawa mati cuma karma, bukan harta.
Lagu “Apanya Dong” mengingatkan kita untuk bertanya: sudahkah kita mengisi batin dengan Dharma?
Bing
Eyang Titiek Puspa menulis lagu “Bing” untuk melepas kepergian sahabatnya yang juga sesama musisi, Bing Slamet. Lagu ini mengingatkan kita akan kepastian-kepastian dalam samsara: kematian pasti tiba dan kita pasti akan terpisah dari apa yang kita cintai. Namun, kita bisa memilih: mau merelakan atau meratapi?
Atau lebih baik lagi, maukah kita berjuang untuk membebaskan diri?
Selamat Jalan Eyang Titiek Puspa…
Semoga jasa-jasa kebajikanmu menuntun Eyang agar segera terlahir di alam manusia dengan 18 permata & meneruskan karya untuk banyak makhluk. Meski Eyang tidak di sini lagi, lagu-lagumu akan tetap hidup di hati kami.