Pada hari kedua pengajaran Dharma ILR 2024, Y.M. Biksu Bhadra Ruci membuka sesi dengan mengajarkan cara merenung. Menurut Beliau, itu adalah salah satu-satunya cara berkomunikasi dengan diri kita. Proses ini juga merupakan cara menyambungkan otak dengan batin kita.
“Cara merenung adalah dibaca, lalu dirasakan. Petik poinnya, lalu ajak batin kita bicara,” terang Beliau. Proses merenung ini perlu diawali dengan memperhatikan napas dan merasakan tubuh kita. Kita perlu benar-benar menyadari bahwa kita memiliki tubuh manusia yang merupakan sarana untuk meraih semua pencapaian. Tanpa menyadari tubuh ini, penolakan samsara ataupun pencerahan adalah tujuan yang terlalu mengawang-ngawang, jauh, tidak bisa dipegang.
Kemudian, kita perlu merenungkan bahwa tubuh ini punya batas. Kematian bisa datang kapan saja. Dari situ kita bisa merasakan betapa berharganya tubuh ini beserta segala kesempatan yang kita miliki dan mau berupaya memanfaatkannya sebaik mungkin.
Y.M. Suhu juga kembali mengangkat permasalahan banyak orang ke permukaan: bahwa kita takut praktik Dharma karena takut kehilangan kondisi nyaman. Kita takut kesusahan dan tidak percaya bahwa level yang lebih tinggi itu lebih nyaman dari sekarang. Dengan kematian dan alam rendah sebagai contoh, Beliau memaparkan peran seorang guru spiritual dalam praktik Dharma.
“Kita butuh Guru spiritual yang mampu membuka batin kita tentang apa yang akan terjadi dan kita dikasih tahu dan diajak untuk merasakan rasa itu tanpa kita harus mengalami kematian,” terang Y.M. Suhu.
Bersamaan dengan lanjutan transmisi kitab “Pembebasan di Tangan Kita”, Y.M. Suhu juga menjelaskan bahwa kita bisa dikatakan telah mempraktikkan Dharma jika minimal punya satu dari 3 jenis motivasi. Pertama, motivasi awal, yaitu mementingkan kehidupan mendatang melebihi kehidupan saat ini. Kedua, motivasi menengah, yaitu ingin terbebas dari penderitaan samsara. Ketiga, motivasi agung adalah kita ingin menyelamatkan semua makhluk dari penderitaan samsara. Kemudian, Beliau mengingatkan bahwa kita perlu tahu sudah sampai mana motivasi kita untuk mempraktikkan Dharma.
Spesial hari ini, Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Buddha Drs. Supriyadi, M.Pd. turut hadir di ILR 2024. Ada pula fangsheng (penyelamatan & pelepasan hewan) yang didedikasikan untuk umur panjang dan kesehatan Guru Dagpo Rinpoche, kelahiran kembali Guru Suwarnadwipa Dharmakirti dari Sriwijaya yang konsisten mengajarkan Lamrim dan beragam praktik Buddhis asli Nusantara masa lampau kembali ke Indonesia masa kini.
Kemudian, acara malam hari diisi dengan diskusi dan meditasi serta persiapan untuk puja dalam rangka Gaden Ngamchoe (peringatan parinirwana Je Tsongkhapa). Je Tsongkhapa adalah penggubah Mahabodhipathakrama (Risalah Agung Tahapan Jalan Menuju Pencerahan) dan berbagai kitab Lamrim lainnya yang berjasa besar melestarikan warisan Guru Suwarnadwipa Dharmakirti & Guru Atisha tersebut hingga mendunia dan bisa kembali ke Nusantara.
Masih terbuka kesempatan untuk menutup tahun yang lalu dengan kebajikan dan membuka tahun baru dengan harapan akan perubahan di Mahapranidhana Puja & Indonesia Lamrim Retreat 2024, 20 Desember 2024–1 Januari 2025, di Prasadha Jinarakkhita, Jakarta Barat. Narahubung: Lamrimnesia Event +62 852-1122-0149
Informasi terbaru mengenai kegiatan ini dapat diikuti di Instagram lamrimnesia & lamrimretreatid.