Menyambut Waisak 2567 B.E. tanggal 4 Juni 2023 nanti, Lamrimnesia kembali akan menerbitkan dan menyalurkan buku Dharma berbahasa Jawa tanpa pungutan biaya untuk umat Buddha di Jawa. Tahun ini, 1.000 eksemplar buku Dharma berjudul “Catur Segel Agung” akan dibagikan di perayaan Waisak se-Jawa Tengah di Candi Sewu.
Umat Buddha Jawa, peradaban Buddhis Nusantara yang masih bertahan
Agama Buddha memiliki sejarah panjang di Nusantara. Mengalami masa kejayaannya pada masa kerajaan Mataram dan Sriwijaya, lalu merosot dimakan waktu dan pergeseran budaya. Pada masa kemerosotan itu, umat-umat Buddha memilih untuk masuk ke area yang lebih terpencil seperti di pegunungan. Di sana, agama Buddha diwariskan secara turun-temurun hingga sekarang.
Saat ini, kita masih bisa menemui umat Buddha di pedalaman Jawa, pulau Lombok, ataupun Lampung. Di pulau Jawa sendiri, khususnya di daerah Jawa Tengah, umat Buddha asli Nusantara yang sudah menganut agama tersebut sejak berabad-abad lalu tersebar di beberapa daerah seperti Temanggung, Banyumas, Pati, dsb.
Terdorong untuk pindah keyakinan
Tidak hanya di masa lampau, pada masa kini jumlah umat Buddha Jawa terus berkurang akibat cukup banyaknya umat yang berpindah keyakinan. Penyebabnya berawal dari kurangnya akses dan fasilitas pembelajaran Dharma, terbatasnya pilihan lembaga pendidikan, lingkungan pergaulan, hingga pernikahan. Ketersediaan buku Dharma sebagai salah satu fasilitas pembelajaran Dharma menjadi sangat penting untuk mempertahankan keyakinan umat Buddha Jawa.
Mengapa buku Dharma berbahasa Jawa?
“Jika Anda berbicara kepada seseorang dalam bahasa yang dia mengerti, itu akan masuk ke kepalanya. Jika Anda berbicara kepadanya dalam bahasanya, itu akan masuk ke hatinya.”
Nelson Mandela
Di peradaban Buddhis Nusantara masa lampau, bahasa Jawa pernah menjadi media menyampaikan Dharma. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, penggunaan dan penguasaan Bahasa Jawa semakin menurun. Materi Dharma yang tersedia lebih banyak dibuat untuk memenuhi kebutuhan umat di kota-kota besar. Padahal, peranan Bahasa Jawa baik sebagai bahasa ibu umat Buddha Jawa dan juga sebagai media penyampaian Dharma sangat penting.
Saat orang Indonesia menggunakan bahasa, bahasa daerah menduduki tingkat pertama, bahasa Indonesia menduduki tingkat kedua, dan bahasa asing pada tingkat ketiga. Bahasa daerah atau bahasa ibu juga merupakan bagian dari identitas suatu budaya dan mencerminkan nilai yang dianut budaya tersebut. Dharma yang disampaikan dengan menggunakan bahasa ibu tentunya akan lebih mudah dipahami dan sampai ke hati dibandingkan dengan menggunakan bahasa lain.
Ketersediaan buku Dharma berbahasa Jawa tidak penting untuk kebutuhan umat saja, tetapi bahkan menjadi lebih penting untuk kebutuhan Dharmaduta. Untuk meningkatkan pemahaman, Dharmaduta perlu memperoleh asupan buku Dharma. Terlebih, apabila pengajaran dilakukan dengan bahasa Jawa, maka kebutuhan asupan buku Dharma berbahasa Jawa menjadi semakin penting.
Untuk itulah, sejak tahun 2015, Lamrimnesia rutin menerbitkan dan menyalurkan buku Dharma berbahasa Jawa kepada umat Buddha Jawa.
Catur Segel Agung
Buku “Catur Segel Agung” membahas 4 konsep yang sangat penting dalam ajaran Buddha, yaitu ketidakkekalan (Anicca), penderitaan (Dukkha), tiada inti yang kekal (Anatta), dan kedamaian tertinggi (Nibbana).
Ajaran penting pertama (Anicca) yang harus dipahami adalah sesungguhnya “semua fenomena komposit, berhakikat ketidakkekalan”. Ketika kita benar-benar mulai memahaminya, baik di tingkat kasar dan halus, maka kita bisa mengambil jarak terhadap urusan-urusan dalam kehidupan saat ini dan mengurangi kemelekatan terhadapnya.
Segel kedua (Dukkha), yaitu “semua fenomena tercemar berhakikat penderitaan”. Kita tahu bahwa selama kita masih mempertahankan skandha yang tidak murni—dengan kata lain, selama kita masih tunduk pada karma dan klesha—maka kita akan terus menderita. Pemahaman tersebut mengarahkan kita untuk mengambil jarak dari samsara secara keseluruhan dan melihat kerugian-kerugiannya. Kita bisa melihat bahwa selama masih berdiam di dalam samsara maka kita akan terus menderita.
Jadi, terang sekali ini akan membuat kita ingin mencari jalan keluarnya. Jawabannya ada pada segel ketiga (Anatta) yaitu “semua fenomena tak berdiri sendiri”.
Bagaimana cara membebaskan diri dari samsara? Kita hanya bisa melakukannya dengan memahami bahwa diri yang berdiri sendiri tidaklah eksis, yang istilah untuknya adalah ketanpaakuan. Dengan merealisasikan ketanpaakuan, maka kita akan mencapai “Nirwana—kedamaian tertinggi”, yang merupakan segel keempat (Nibbana).
Dukung kami menerbitkan & menyalurkan buku “Catur Segel Agung” dan menjalankan usaha pelestarian Dharma lainnya!
Mari dukung penyebaran ajaran yang menuntun semua makhluk mencapai kebahagiaan sejati ke seluruh Nusantara dengan menjadi Dharma Patron Lamrimnesia!
Rincian Buku
Judul Buku | Catur Segel Agung |
Pengarang | Drepung Thrisur Rinpoche Lobsang Tenpa |
Penerbit | Penerbit Saraswati |
Jumlah Cetak | 1.000 eksemplar |
Jumlah Halaman | +/- 60 halaman |
Jadwal Terbit | Juni 2023 |
Biaya mengundang | Dibagikan tanpa pungutan biaya |
Target Penyaluran | Umat Buddha Jawa |
Estimasi Biaya
Biaya Persiapan Buku: | 0 | |||
Penyelamatan Kaset* | 0 | |||
Pentranskripan, Penerjemahan, & Penyuntingan Awal* | 0 | |||
Desain Sampul & Tata Letak* | 0 | |||
Biaya Percetakan & Penyaluran | Rp22.100.000,- | |||
Biaya Cetak (1.000 eks.) | Rp18.700.000,- | |||
Biaya Pengiriman Buku | Rp1.400.000,- | |||
Biaya Promosi | Rp2.000.000,- | |||
Biaya Operasional & Manajerial | Rp45.000.000,- | |||
Biaya Total Penerbitan & Penyaluran Buku | Rp67,100,000 |
Salurkan dana Anda ke:
BCA 0079 388 388 atau MANDIRI 119 009 388 388 0
a.n. Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim Nusantara
Pilihan paket dana:
Upeksha (Sukarela*)
Maitri Rp200.002,-
Karuna Rp500.002,-
Mudita Rp1.000.002,-
*Tambahkan Rp2,- pada nominal donasi Anda
Konfirmasikan ke Lamrimnesia Care dengan mengirimkan bukti transfer dengan keterangan “DharmaPatron2” atau melalui tautan lamrimnesia.org/dpatron2
Dana yang Anda berikan akan disalurkan untuk kegiatan S A P A:
– Penerbitan & Penyaluran Buku Dharma (S ALUR)
– Penyelenggaraan Kegiatan Dharma (A JAR & P ROMOSI)
– Mobilisasi Dharma Patriot & Biaya Operasional (P ROMOSI & A JAK)