“Kalau nanti aku mati, aku akan lahir di mana, ya?”
Pernahkah kamu berpikir seperti itu? Kalau belum pernah, kamu pasti terpikirkan hal itu saat mengikuti bedah buku Dharma “Jika Hidupku Tinggal Sehari” di Cetiya Candra Naya, Jakarta, tanggal 18 Maret 2018 lalu. Bedah buku Dharma kali ini dipandu oleh Leonard Haryadi dan dihadiri oleh 30 orang remaja dan dewasa muda.
Dalam bedah buku ini, peserta diajak untuk benar-benar menyadari bahwa tidak ada jaminan sampai kapan kita hidup. Apakah besok kita masih hidup? Tidak ada yang tahu. Kita harus merenungkan manfaat keberuntungan terlahir sebagai manusia, bagaimana cara untuk menjaga kondisi untuk terlahir kembali sebagai manusia, dan mengikis kilesha kita agar tidak terjatuh kedalam rendah. Kita harus memanfaatkan kehidupan kita dengan sebaik-baiknya.
“Sebagai generasi Buddhis, kita harus tahu bahwa sekarang kita sering terlena dengan kesenangan duniawi dan jarang memikirkan kematian kita. Kita harus mengingat manfaat keberuntungan terlahir sebagai manusia, bagaimana menjaga kondisi kita untuk terlahir sebagai manusia kembali dan berusaha mengikis kilesha agar tidak terjatuh ke alam rendah. Topik ini harus benar-benar diresap, direnungkan, dicermati, dan dipraktikkan dengan membuka paradigma tentang hidup ini seperti apa dan dapat berusaha untuk menjadi lebih baik lagi,” jelas Leonard ketika ditanya mengapa memilih buku “Jika Hidupku Tinggal Sehari” untuk dibedah.
Selain mendapatkan Dharma dari acara bedah buku, peserta yang hadir juga mendapatkan buku “Nutrisi Hati”, kumpulan artikel membahagiakan hasil terjemahan para Dharma Patriot Lamrimnesia yang mengikuti acara Dharmacamp 2017. Peserta juga bersama-sama mengumpulkan kebajikan dengan menyalakan pelita persembahan untuk para Buddha.
Sampai jumpa di bedah buku Lamrimnesia berikutnya!