Jawabannya MUNGKIN
Ada banyak faktor yang menyebabkan karma bajik dan karma tak bajik menjadi berlipat ganda.
Apa aja faktornya?
1. Sifat Umum Karma
Salah satu dari 4 sifat umum karma adalah karma berkembang pesat. Tindakan seremeh apa pun bisa berkembang menjadi himpunan karma yang besar. Konsepnya sama seperti menanam benih pohon apel. Benih yang sangat kecil akan bertumbuh menjadi pohon dan menghasilkan buah yang sangat banyak. Begitu juga dengan karma!
2. Penerima
Karma yang ditujukan pada Triratna, para Bodhisatwa, dan anggota Sangha memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan kalau ditujukan untuk penerima lain.
3. Pendukung
Semakin banyak sila yang dijaga, semakin besar kekuatan karma yang dilakukan. Semakin besar pengetahuan dan kebijaksanaan yang dimiliki, semakin ringan kesalahan yang dilakukan. Begitu juga sebaliknya.
4. Objek
Pemberian Dharma atau ajaran jauh lebih unggul daripada pemberian materi. Pemberian materi yang tertinggi adalah pemberian badan jasmani.
5. Sikap
Ada 2 aspek: intensitas & durasi. Semakin kuat pemikiran di balik sebuah tindakan, baik itu motivasi ataupun faktor mental pengganggu, karmanya akan semakin kuat. Semakin sering & semakin lama suatu tindakan dilakukan, dampaknya juga semakin besar.
6. Waktu
Ada 4 hari di mana Sang Buddha menunjukan kekuatan luar biasa demi kepentingan semua makhluk. Pada hari-hari tersebut, baik kebajikan maupun ketidakbajikan akan berlipat ganda sebanyak 10 juta kali.
Yang terdekat saat ini adalah Lhabab Duchen (tahun ini: 22 November 2024), hari di mana Sang Buddha kembali dari mengajarkan Dharma kepada ibunya & para dewa di Surga Trāyastriṃśa.
Kita bisa mengikuti teladan Buddha untuk melakukan sesuatu untuk orang tersayang dengan menghimpun kebajikan berlipat ganda di hari ini dan melimpahkan jasanya untuk mereka, misalnya dengan chanting Sutra/Mantra, praktik berdana, dan menolong orang yang membutuhkan bantuan. Lakukan dengan motivasi bajik untuk meraih kebahagiaan yang tahan lama bagi diri sendiri dan semua makhluk.
Referensi:
“Karma dan Akibatnya” karya Guru Dagpo Rinpoche.