Kehidupan terus mengalir dalam ketidakpastian. Ini tidak hanya berlaku bagi diri kita pribadi, tetapi juga berlaku bagi orang-orang terkasih kita. Ada momen yang kita anggap sebagai momen bahagia, seperti kelahiran atau pernikahan. Ada juga momen sedih, seperti saat ada keluarga yang jatuh sakit, meninggal, atau menghadapi kesulitan. Ada juga momen lain yang menantang, seperti saat memulai usaha baru, pindah ke rumah baru, atau menghadapi ujian. Ketika orang terkasih kita sedang menghadapi masa-masa seperti itu, pasti ada keinginan untuk menolong mereka.
Pertanyaannya: bagaimana caranya?
Cara Bahagia: Mengandalkan Hukum Karma
Apa tujuan Buddha hadir di dunia dan mengajarkan Dharma? Tidak lain adalah untuk mengajarkan cara untuk bahagia. Cara untuk menjadi bahagia ini, baik kebahagiaan sementara (dalam samsara) maupun tertinggi (pembebasan) sebetulnya telah diajarkan melalui topik hukum karma. Karena itulah, dalam garis besar Tahapan Jalan Menuju Pencerahan (Lamrim), keyakinan terhadap hukum karma disebut akar semua kebahagiaan.
“Penderitaan terkecil yang dialami seorang Arahat merupakan akibat dari karma buruk masa lampaunya. Sama halnya, semilir angin sejuk singkat yang mengipasi seorang makhluk neraka merupakan buah dari karma baik yang pernah dilakukannya di masa lampau.”
-Karma dan Akibatnya karya Guru Dagpo Rinpoche
Ini berlaku bukan hanya untuk diri kita sendiri. Apabila kita ingin orang yang kita kasihi berbahagia, kita perlu membantu mereka menghimpun karma baik. Cara terbaik untuk mewujudkan hal itu tentunya adalah membuat mereka mempelajari dan mempraktikkan Dharma. Namun, cara ini tidak selalu bisa dilakukan dengan segera. Kita sendiri pun masih perlu banyak berbenah dalam hal praktik Dharma, apalagi orang lain? Meski demikian, masih ada yang bisa kita lakukan untuk membantu orang tersayang sejalan dengan prinsip karma.
Pelimpahan Jasa untuk yang Tersayang
Dedikasi atau pelimpahan jasa adalah cara mengarahkan karma baik yang telah dihimpun untuk suatu tujuan. Praktik ini penting untuk mengamankan kebajikan yang kita himpun agar tidak terbakar habis oleh kemarahan. Ibarat menitipkan setetes air pada sekumpulan air di samudra, jasa kebajikan yang telah dilimpahkan tidak akan mengering. Selain itu, pelimpahan jasa juga berfungsi untuk memastikan karma baik yang kita himpun berbuah sesuai harapan.
“Setelah menghimpun kebajikan, kita perlu memastikan kita mengarahkannya agar matang sesuai harapan kita. Jika tidak, karma baik kita akan berbuah dengan cara lain”
– Y.M. Thubten Chodron
Pelimpahan jasa juga dapat menjadi praktik Dharma yang bisa dilakukan dengan sedikit upaya seperti yang diajarkan Buddha kepada Raja Prasenajit:
Suatu hari, Raja Prasenajit bertanya kepada Sang Buddha apa latihan yang melibatkan sedikit usaha tetapi masih efektif. Pertanyaan ini diajukan mengingat Sang Raja sangat sibuk memerintah dan memiliki sedikit waktu untuk berlatih. Sang Buddha mengusulkan tiga hal: bersukacita dalam kebajikan orang lain, membangkitkan bodhicita, dan mendedikasikan kebajikan.
Awali Harimu dengan Ini karya Guru Dagpo Rinpoche
Melalui praktik pelimpahan jasa inilah kita bisa membantu orang-orang yang kita sayangi meraih kebahagiaan baik di kehidupan ini maupun kehidupan berikutnya. Harapan yang perlu kita buat adalah agar karma baik yang kita himpun menjadi sebab kebahagiaan mereka.
Bagaimana mungkin pelimpahan jasa bermanfaat untuk orang lain?
Sebagai Buddhis, kita tahu bahwa kita tidak bisa mendapatkan akibat dari karma yang tidak dilakukan. Ini mungkin membuat kita mengira bahwa karma baik yang kita himpun tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Namun, kenyataannya tidak demikian.
Pelimpahan jasa untuk makhluk lain adalah praktik penting dalam semua tradisi Buddhis. Bakti Arya Moggalana yang menyelamatkan ibunya di neraka, Raja Bimbisara melimpahkan jasa untuk sanak saudara yang terlahir di alam hantu kelaparan, juga kisah pertobatan Kaisar Liang menolong istrinya yang terlahir di alam rendah adalah bukti bahwa kita dapat menolong orang-orang yang kita sayangi dengan kebajikan yang kita himpun.
Ketika kita melakukan karma baik dengan niat melimpahkannya kepada orang lain, hukum karma akan bekerja menanggapi niat tersebut. Buahnya tentu tetap bergantung pada orang yang menerima pelimpahan jasa, tapi fakta bahwa praktik ini diajarkan langsung oleh sang Buddha, diabadikan dalam kitab-kitab Buddhis, dan masih dipraktikkan secara luas di zaman sekarang adalah tanda bahwa pelimpahan jasa mendatangkan manfaat. Dari sisi kita yang ingin menolong orang-orang tersayang, yang perlu kita lakukan adalah melakukan praktik pelimpahan jasa dengan cara yang tepat.
Cara melakukan pelimpahan jasa
1. Tetapkan kebajikan yang ingin dilakukan
Berbeda dengan doa, kita perlu secara aktif menghimpun karma baik yang bisa dilimpahkan ke orang yang ingin kita tolong. Karma baik ini bisa apa saja, mulai dari praktik dana, membuat persembahan kepada Triratna, melafalkan kitab suci, menyelamatkan/melepaskan makhluk hidup, hingga menolong orang lain.
2. Bangkitkan motivasi bajik yang kuat
Motivasi ibarat sopir yang mengantar suatu perbuatan ke hasilnya. Motivasi yang terbaik mencakup 3 aspek Sang Jalan (penolakan terhadap samsara, Bodhicitta, dan sunyata). Lebih lanjut, niatkan dan sadari bahwa kita melakukan kebajikan demi orang yang ingin kita tolong.
3. Lakukan kebajikan dengan mempertahankan motivasi bajik
Agar karma yang dilakukan menjadi lengkap, penting untuk mempertahankan motivasi yang telah dibangkitkan tersebut selama melakukan kebajikan. Apabila motivasi tidak berhasil dipertahankan, jaga agar setidaknya faktor mental negatif seperti kesombongan, kemarahan, atau iri dengki tidak mengganggu.
4. Limpahkan jasa kebajikan yang telah dihimpun
Pelimpahan jasa terbaik adalah dengan melakukan pelimpahan jasa tiada banding yang mencakup 3 aspek:
- Dengan kebajikan ini, semoga semua makhluk mencapai Kebuddhaan
- Dengan kebajikan ini, semoga Buddhadharma bertahan selama-lamanya.
- Dengan kebajikan ini, semoga para Guru pemegang ajaran berumur panjang dan aktivitasnya terus berkembang
Kemudian, karena kita melakukan kebajikan untuk menolong orang tertentu, tambahkan, “…terutama untuk (orang/makhluk yang ingin kita limpahi jasa kebajikan)”.
Sebagai sarana pelimpahan jasa, ada 10 doa dedikasi agung yang bisa kita lafalkan dan telah mencakup ketiga aspek pelimpahan jasa tiada banding, salah satunya adalah Pranidhana Raja yang terukir di Candi Borobudur. Doa yang cukup panjang ini bisa dipadatkan dalam dua bait berikut:
Demi untuk melatih batin sebagai halnya Sang Pahlawan Arya Manjushri yang mengetahui kenyataan sebagaimana adanya,
Pranidhana Raja
yang juga selaras dengan Arya Samantabhadra,
aku melimpahkan sepenuhnya semua kebajikan ini,
sama persis sebagaimana yang telah mereka lakukan.
Dengan pelimpahan jasa yang dipuji sebagai yang paling agung,
oleh semua Buddha yang lengkap sempurna di ketiga masa,
aku juga melimpahkan semua akar jasa kebajikan,
demi pencapaian-pencapaian praktik Bodhisatwa.
Bagaimana cara membuat pelimpahan jasa lebih efektif?
Pelimpahan jasa yang dilakukan akan menjadi efektif apabila kita berhasil membuat kebajikan yang berkekuatan besar sesuai dengan hukum karma. Kekuatan karma ini ditentukan oleh 4 hal berikut:
- Kekuatan sehubungan dengan penerima
Perbuatan yang berhubungan dengan Triratna, para Bodhisatwa, dan anggota Sangha kekuatannya lebih besar dibandingkan dengan yang ditujukan ke pihak lain.
- Kekuatan sehubungan dengan pendukung
Semakin banyak sila yang dipegang oleh pelaku perbuatan, semakin besar kekuatan karmanya. Ini berlaku untuk karma baik maupun buruk.
- Kekuatan sehubungan dengan objek
Pemberian Dharma jauh lebih unggul ketimbang materi. Pemberian materi tertinggi adalah dengan memberikan badan jasmani.
- Kekuatan sehubungan dengan sikap
Intensitas klesha ataupun niat bajik ketika melakukan dan durasi waktu saat melakukan berpengaruh pada besarnya kebajikan atau ketidakbajikan.
Lebih lanjut, pelimpahan jasa menjadi terunggul apabila kita melimpahkannya sesuai 3 aspek pelimpahan jasa terunggul yang sudah disebutkan di bagian sebelumnya. Semakin luas jangkauan makhluk yang kita limpahkan jasa, semakin luas manfaat pelimpahan jasanya. Misalnya jika kita hendak menolong satu anggota keluarga kita yang akan menghadapi ujian, akan lebih besar manfaatnya bila kita melimpahkan jasa untuk semua makhluk yang akan menghadapi ujian.
Terkait hubungan antara orang yang melimpahkan jasa dengan orang yang dituju, pelimpahan jasa yang ditujukan kepada keluarga akan menjadi lebih efektif ketimbang dengan yang bukan keluarga. Hal ini karena dalam keluarga terdapat materi-materi kepemilikan bersama, sehingga ketika anggota keluarga melakukan kebajikan untuk dilimpahkan, ada faktor keterlibatan dari penerima limpahan jasa melalui hubungan tersebut. Lebih lanjut, kebajikan yang dilakukan anak untuk orang tuanya akan memiliki efek lebih besar dibanding orang lain karena tubuh jasmani anak didapat dari orang tuanya.
Di biara Radreng atau Reting yang didirikan oleh Dromtonpa, murid utama Raja Dharma Je Tsongkhapa, para biksu punya tradisi mengumpulkan materi (sekarang mungkin bisa disetarakan dengan mengumpulkan uang) untuk melakukan kebajikan bersama. Kelak, apabila ada salah satu biksu yang mengalami masalah dan perlu melakukan pelimpahan jasa, kebajikan dilakukan bersama-sama dengan dana tersebut. Hasilnya pun diyakini lebih efektif karena ada kontribusi langsung dari yang membutuhkan pelimpahan jasa dalam kebajikan tersebut.
Pelimpahan Jasa Kebajikan untuk yang Tersayang bersama Lamrimnesia
Pemberian Dharma merupakan pemberian terunggul. Anda dapat ikut menghimpun karma baik ini untuk dilimpahkan kepada orang-orang yang Anda sayangi dengan menjadi Dharma Patron Lamrimnesia.