oleh Junarsih
Baru-baru ini ada video fangsheng yang viral di Tik Tok. Melansir dari hitekno.com, pemilik akun Tik Tok @babythaliii melepas dua karung lele di sungai. Hal ini menuai kritik dari para netizen. Beberapa dari mereka beranggapan bahwa lele merupakan predator ikan lain yang seharusnya tidak dilepas di sungai.
Bukan baru kali ini fangsheng menuai kritik. Anggapan bahwa fangsheng bisa merusak ekosistem sudah bermunculan sejak bertahun-tahun yang lalu. Melansir dari Bhagavant.com, ekosistem bisa rusak karena hewan tidak dilepas di habitat aslinya sehingga menyebabkan kesejahteraan hewan yang menurun karena tidak bisa menemukan makanan dan tempat tinggal. Padahal fangsheng merupakan praktik khas Buddhis yang cukup sering dilakukan di wihara dan komunitas Buddhis di Indonesia.
Jadi, apakah fangsheng itu nggak baik? Haruskah kita berhenti fangsheng?
Memangnya Fangsheng Itu Apa?
Fangsheng merupakan praktik abhaya dana (pemberian rasa aman) dengan melepas makhluk hidup kembali pada habitatnya supaya mereka dapat menikmati hidup bebas di alam asalnya. Dengan mengembalikan hewan pada asalnya, bisa membantu menjaga keseimbangan ekosistem alam. Biasanya hewan yang akan dilepas adalah hewan yang nyawanya terancam. Dengan menyelamatkan dan melepaskan mereka supaya bisa hidup lebih lama dan bebas dari ketakutan, kita juga akan menerima akibat karma baik berupa umur panjang dan kesehatan.
Kembali pada pertanyaan di awal, fangsheng itu baik atau tidak? Dari sudut pandang karma, fangsheng jelas bermanfaat karena penderitaan makhluk yang dilepaskan akan berkurang dan kita yang melakukannya mendapatkan karma baik. Namun, fangsheng harus dilakukan dengan cara yang benar supaya membawa manfaat dan tidak merugikan diri sendiri, hewan yang dilepas, maupun habitat aslinya.
Cara Fangsheng yang Benar
Supaya fangsheng tidak merusak ekosistem dan benar-benar memberikan manfaat, kita harus melakukannya dengan cara yang benar. Tiga hal yang harus diperhatikan saat praktik fangsheng adalah motivasi, hewan, dan tempat.
Motivasi Bajik
Sebelum terlahir sebagai manusia, kita pasti sudah berkali-kali terlahir sebagai hewan dan mengalami penderitaan. Hewan-hewan yang kita temui juga merasakan penderitaan yang sama! Penderitaan hewan juga tentunya lebih berat daripada penderitaan kita sebagai manusia. Supaya penderitaan hewan-hewan berkurang, kita perlu menolong mereka. Fangsheng adalah salah satu cara mengurangi penderitaan mereka di kehidupan ini. Kita juga perlu membangkitkan tekad semoga dengan kebajikan menolong makhluk lain terbebas dari penderitaan kita bisa terlahir di alam bahagia, bebas dari penderitaan, dan mencapai Kebuddhaan supaya bisa benar-benar mengakhiri penderitaan semua makhluk.
Secara khusus, tujuan dari aktivitas fangsheng adalah untuk menolong hewan yang nyawanya terancam. Contohnya adalah cacing dan serangga yang dijual sebagai umpan memancing. Burung-burung yang dijejalkan dalam sangkar di pasar juga tersiksa dan membutuhkan pertolongan. Ada juga ikan hidup yang dijual untuk bahan masakan. Kita seharusnya menyelamatkan dan melepaskan hewan-hewan seperti itu dari ancaman kematian agar bisa hidup bebas.
Hewan
Intisari dari fangsheng adalah melepas. Jangan sampai kita secara khusus memesan hewan ke pedagang untuk di-fangsheng. Jika demikian, kita sama saja membuat lingkaran karma buruk antara hewan, penjual, dan diri kita sendiri. Saat kita memesan hewan, secara otomatis si penjual akan mencari hewan berdasarkan pesanan kita. Hewan yang tadinya sudah bebas jadi ditangkap untuk “kebutuhan” fangsheng kita. Ini jelas bertentangan dengan tujuan awal fangsheng. Jadi, kita berupaya untuk mencari hewan yang memang butuh ditolong, misalnya dengan berkeliling ke pasar-pasar dan membeli hewan secara langsung saat hendak melakukan fangsheng.
Kita juga harus memikirkan wadah untuk menampung mereka sebelum dilepas. Jangan sampai mereka berdesak-desakan dalam satu wadah dan membuat mereka mati. Bukannya menambah kebajikan, kita malah menciptakan karma buruk baru yang seharusnya bisa kita hindari. Misal saat akan membeli burung, kita bisa membawa sangkar sendiri atau menggunakan kardus besar dengan banyak lubang supaya mereka masih bisa bernapas. Perhatikan juga keamanan dan kenyamanan mereka selama perjalanan menuju lokasi fangsheng.
Tempat
Lokasi pelepasan hewan harus sesuai dengan habitat aslinya supaya mereka bisa bertahan hidup. Jangan sampai melepas ikan di kolam tetangga. Itu sama saja mempercepat si ikan untuk segera ditangkap dan dijadikan santapan. Kita juga harus memerhatikan kondisi lingkungan tempat kita melepaskan hewan. Jangan sampai kita melepas hewan yang bisa jadi predator bagi hewan yang sudah ada di area tersebut. Saat melepas ikan di sungai, usahakan juga sungai itu bukan tempat memancing. Dikhawatirkan ikan yang sudah kita lepas supaya ia bisa hidup bebas malah tertangkap lagi oleh orang lain.
Pelepasan hewan juga tidak diperbolehkan secara berlebihan dalam satu tempat, dikhawatirkan mereka bisa berebut makanan dan mengganggu ekosistem akibat populasi yang berlebihan. Contohnya adalah kasus TikTok yang kita bahas tadi. Dua karung lele yang dilepas di satu sungai bisa menyantap habis ikan-ikan yang tinggal di sungai tersebut. Akibatnya, walau kita menyelamatkan hewan, kita juga menyebabkan banyak hewan lain kehilangan nyawa. Belum tentu juga lele sebanyak itu bisa bertahan hidup di sungai yang sama. Sebaiknya pelepasan hewan dilakukan di beberapa tempat supaya ketersediaan sumber daya di alam sesuai dengan jumlah mereka.
Jika kita menemukan hewan langka dan hewan buas, kita bisa menghubungi pakar seperti komunitas pecinta hewan dan alam untuk membantu kita menangani dan mencari habitat untuk hewan tersebut. Kalau misal kita tidak sengaja menemukan anak harimau di tepi sungai maka harus dikembalikan di hutan, tapi tentunya bukan hutan yang dekat dengan kebun warga karena bisa merusak tanaman atau malah bisa membahayakan manusia.
Kesimpulan
Praktik fangsheng memberikan banyak manfaat, yaitu menambah kebajikan dan mengurangi penderitaan makhluk hidup. Namun, pelepasan hewan juga perlu didasari oleh motivasi bajik dan dilakukan dengan cara yang benar. Hewan yang ditolong haruslah yang memang membutuhkan pertolongan dan dilepas tempat yang cocok. Jangan sampai yang kita lepas tidak bisa hidup karena tempatnya tidak sesuai. Jangan sampai juga tempat kita melepas hewan jadi rusak karena hewan yang kita lepas.
Dalam situasi pandemi sekarang ini, kita tentu kesulitan melakukan fangsheng dengan benar. Namun, kita masih bisa mempraktikkan fangsheng sederhana di rumah, misalnya dengan tidak menampar nyamuk, tidak menginjak semut, dan membuang kecoa yang mengganggu di kamar kita alih-alih membunuhnya.
Jadi, nggak perlu ragu dengan fangsheng, ya! Fangsheng itu baik dan nggak berbahaya kok, asal dilakukan dengan benar!
Sumber:
Kadamchoeling.or.id – “Tips Melakukan Fang Sheng dan Jiu Sheng yang Tepat dan Bermanfaat”
Hitekno.com – “Heboh Aksi Lepas Dua Karung Lele ke Sungai, Malah Picu Perdebatan Netizen”
Berita Bhagavant – “Pakar Lingkungan Hidup: Fang Sheng dapat Picu Krisis Ekologi”