Pertanyaan klasik memang, tapi mungkin masih banyak umat Buddhis yang belum menemukan jawaban atas pertanyaan ini. Jadi dalam rangka Hari Vegetarian Sedunia, yuk kita bahas apakah Buddhis wajib untuk vegetarian!
Menjadi vegetarian berarti berupaya untuk tidak memakan daging. Seperti yang kita tahu, sebagian besar daging yang dikonsumsi manusia berasal dari pembunuhan makhluk hidup. Membunuh makhluk hidup merupakan pelanggaran sila dan termasuk dalam 10 karma hitam (Dasa Akusala Kamma) yang harus dihindari. Ketika kamu memerintahkan binatang untuk dibunuh untuk dimakan, bisa dibilang kamu telah melakukan karma membunuh.
Tapi bagaimana kalau kamu hanya makan dagingnya?
Berdasarkan Sutra dan riwayat hidup Buddha Gautama, Sang Buddha sendiri mengizinkan para biksu pengikut-Nya untuk memakan daging asalkan mereka tidak melihat dan mendengar pembunuhan atau mengetahui bahwa makhluk tersebut dibunuh khusus untuk dirinya (Majjhima Nikāya 55). Jadi Sang Buddha sendiri tidak mempermasalahkan makan daging atau tidak karena bagi Beliau, yang paling penting adalah melatih batin kita. Tentunya Sang Buddha pasti juga memikirkan aspek sosiologi dari masyarakat pada saat itu. Tidak semua tempat memiliki privilege untuk bisa mengkonsumsi hasil pertanian. Banyak daerah yang tanahnya tidak bisa dipakai untuk bercocok tanam sehingga bergantung pada hasil buruan dan hasil ternak untuk menyambung hidup. Jadi, tidak mungkin bagi mereka untuk tidak memakan daging.
Di sisi lain, terutama di komunitas Buddhis Mahayana, vegetarian merupakan praktik cinta kasih dan welas asih yang harus diperjuangkan. Argumen untuk bervegetarian adalah sebagai berikut: dengan mengurangi konsumsi daging, lebih sedikit makhluk yang menderita dibunuh dan melakukan karma buruk pembunuhan. Dengan konteks masa kini dengan segala kemajuan teknologi pertanian dan distribusi barang, ada banyak pilihan makanan yang bisa diperoleh tanpa perlu membunuh. Jadi, melatih diri untuk bervegetarian sangat mungkin dilakukan.
Jadi yang benar yang mana? Buddhis harus vegetarian atau nggak?
Buddha bukan polisi moral yang membuat sejumlah aturan dan akan menghukum kita jika kita melanggarnya. Beliau pastinya akan menganjurkan kita untuk mempelajari dan merenungkan segala aspek dari praktik vegetarian itu sendiri—apa manfaatnya, apa kerugiannya, bagaimana cara melakukannya, dan sebagainya. Setelah melakukan analisis yang menyeluruh, barulah kita bisa memutuskan mau vegetarian atau nggak.
Nah, untuk membantumu memutuskan, ada beberapa poin yang bisa kamu jadikan pertimbangan:
1. Kenali Winaya masing-masing tradisi Buddhis
Seperti yang kita semua ketahui, ada beberapa tradisi Sangha yang memiliki Winaya (sila) yang berbeda. Kamu bisa cari tahu tradisi mana-mana saja yang wajib/tidak wajib vegetarian. Di Indonesia, Sangha tradisi Mahayana memiliki aturan untuk vegetarian. Jadi, saat kamu masuk ke wihara tradisi Mahayana, kamu tidak boleh membawa atau makan-makanan yang “berdaging”, apalagi mempersembahkan daging di altar atau kepada anggota Sangha. Tradisi Theravada dan Vajrayana tidak mewajibkan vegetarian kecuali pada momen-momen tertentu.
2. Vegetarian bisa mengurangi kemelekatan terhadap makanan sekaligus melatih sila.
Walaupun tidak diwajibkan, kamu mungkin boleh coba sesekali untuk vegetarian, misalnya dengan mengambil sila Uposatha Mahayana ketika Ce It (tanggal 1 di kalender Cina, bulan baru) atau Cap Go (tanggal 15 di kalender Cina, bulan purnama) atau ketika hari besar Buddhis lainnya. Tujuan dari latihan ini kuncinya adalah pengendalian diri. Kamu yang tadinya kalap kalau lihat bakso atau ayam bakar yang menggiurkan sekarang harus berpuas diri dengan makan tahu, tempe, dan sayur. Saat kamu berhasil menahan diri, ini merupakan satu karma baik dari praktik sila yang bisa menjadi sebab kita terlahir jadi manusia di kehidupan mendatang! Pada saat yang bersamaan, kita bisa mengurangi kemelekatan terhadap makanan. Jadi, nanti kita nggak akan merana kalau ngidam steak mahal di bulan tua. Makan tahu-tempe aja udah bisa puas dan bahagia!
3. Vegetarian dengan motivasi yang benar.
Kalau kamu sudah memutuskan untuk latihan vegetarian, pastikan kamu melakukannya dengan motivasi yang bajik! Kamu bisa merenungkan hal ini:
“Semoga dengan praktik vegetarian yang aku lakukan ini, makhluk yang menderita karena dibunuh bisa berkurang, pembunuhan yang dilakukan orang lain juga berkurang. Semoga aku juga lebih bisa mengendalikan diri dan mengurangi kemelekatan terhadap makanan.”
Pikirkan penderitaan ketika sapi disembelih, ataupun ketika lele digetok kepalanya. Bangkitkan welas asih dan berharaplah agar semua makhluk bebas dari penderitaan. Dengan begitu, praktik vegetarianmu bisa mendekatkanmu dengan pencapaian pencerahan juga!
Aneka cara mengembangkan welas asih ada di sini!
4. Memahami orang-orang yang tidak vegetarian tanpa menghakimi atau memaksa dan bebas dari kesombongan.
Kamu perlu ingat bahwa setiap makhluk punya bawaan karma dan klesha yang berbeda-beda. Misalnya, ada yang profesinya harus menjadi tukang jagal, ada juga orang yang tidak bisa lepas dari daging. Karena setiap orang punya situasi dan kondisi masing-masing, kamu nggak berhak menghakimi mereka yang tidak vegetarian. Jangan sampai kamu merasa lebih tinggi atau lebih banyak karma baik dibanding orang lain karena vegetarian. Perlu diingat bahwa inti dari mempraktikkan ajaran Sang Buddha adalah menyucikan batin. Saat kamu sombong, kekotoran batinmu malah semakin meningkat. Tak perlu juga dengan menggebu-gebu memaksa orang lain untuk vegetarian karena tiap orang punya cara pandang dan cara praktik yang berbeda.
Penutup
Nah, udah dapet banyak info kan tentang vegetarian? Sekarang ada kuis mendadak:
APAKAH MAKAN DAGING ITU SALAH?
Jika kamu sudah mengambil ikrar untuk vegetarian (misalnya sila biksu tradisi tertentu atau sila Uposatha Mahayana), tentu saja makan daging merupakan pelanggaran. Jika tidak, kamu sendirilah yang bisa memutuskan buat dirimu sendiri: kamu mau vegetarian atau nggak?
Kita semua seharusnya memahami alasan dan latar belakang dari vegetarian dalam pandangan Buddhis secara lebih menyeluruh. Jangan sampai kita menertawakan yang vegetarian, atau sebaliknya menganggap rendah atau memaksa-maksa orang yang tidak vegetarian. Semoga artikel ini bisa bisa memperkaya pemahamanmu tentang praktik vegetarian, ya! Mumpung hari vegetarian, mulai coba vegetarian 1 hari yuk!