Facebook Twitter Instagram
    Trending
    • SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL
    • Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”
    • Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak
    • Bullying di Depan Mata. Apa yang kamu lakukan?
    • 23 Buku Dharma Sudah Bisa Dibaca di Scribd
    • Donasi untuk melestarikan dan mengembangkan Buddhadharma
    • Sing Penting Yakin
    • Tiga Bulan YPPLN Berkarya–Triwulan Keempat Tahun 2022
    Lamrimnesia
    • Home
    • Mari Belajar
      • Apa itu Lamrim?
      • Peta Lamrim
      • Topik-Topik Lamrim
    • Wacana
      • Berita
      • Artikel
      • Infografis
    • Buku
      • Daftar Buku Tak Berbayar
      • Resensi
    • Kegiatan
      • Festival Seni & Budaya Buddhis 2018
      • Ananda Project
      • Berbagi Dharma
      • Drepung Tripa Khenzur Rinpoche Indonesia Visit 2017
      • Indonesia Lamrim Retreat 2017
    • Dukungan
      • Dharma Patriot
        • Be a Dharma Patriot
        • Our Patriot’s Adventure
      • Dharma Patron
      • Donasi Buku Berbayar
      • Penyaluran Buku Tidak Berbayar
      • Laporan Tahunan YPPLN
      • Laporan Triwulan
    • Tentang Kami
    • Store
    Lamrimnesia
    You are at:Home » Resensi » Bebas di Pengasingan

    Bebas di Pengasingan

    Data buku:

    Judul :Bebas di Pengasingan
    Penulis :Dalai Lama
    Ketebalan Buku : v + 386 hlm
    Dimensi buku :21×14.5×2.5 cm
    Cetakan : I
    Tahun Terbit :April 2011
    Lihat di toko


    Bebas di Pengasingan adalah memoar kedua dari Dalai Lama, setelah Negeriku dan Rakyatku. Terbit tahun 1991, ada gap sekitar 29 tahun antara buku ini dan buku yang pertama, yang pada gilirannya membuat Bebas di Pengasingan tampil sebagai semacam memoar versi panjang dari Negeriku dan Rakyatku. Buku ini masih disebut sebagai memoar, berhubung beberapa aspek dan peristiwa dari buku pertama kembali ditulis di sini, seperti bagaimana Dalai Lama terlahir dalam sebuah keluarga petani yang sederhana, bagaimana ia dikenali sebagai reinkarnasi dari Dalai Lama ke-13, hubungan Tibet yang tegang dengan Cina, dan kehidupannya dalam pengasingan di India. Tujuan pengulangan ini mungkin untuk menyajikan latar pergumulan bangsa Tibet melawan (apa yang mereka pahami sebagai pendudukan oleh) Cina bagi pembaca yang belum sempat membaca buku pertama.

    Satu tambahan yang terdapat dalam buku kedua adalah soal bagaimana Dalai Lama berusaha membandingkan antara tradisi Buddhisme-Tibet yang tradisional dan tradisi Barat yang modern, seraya menunjukkan gap antara dunia Timur dan Barat ini. Mengikuti harapannya agar umat manusia keluar dari sekat-sekat agama untuk menyasar sebuah semangat kemanusiaan yang universal, Dalai Lama menelusuri aneka kesamaan antara agama dan sains (atau nilai-nilai Barat), bahkan sampai ke tahap ‘melucuti’ agama dari mistisismenya (kalau perlu). Di sisi lain, beberapa aspek dari budaya Barat juga tak bebas dari kritikan. Misalnya gaya hidup individualis di Barat, di mana orang-orang tampaknya “hanya mampu menunjukkan perasaan mereka yang sebenarnya pada anjing atau kucing peliharaan mereka”. Di sini, Dalai Lama melihat bahwa Timur dan Barat semestinya bisa saling melengkapi.

    Tambahan lainnya yang penting dalam buku kedua ini adalah ihwal kritik Dalai Lama soal keterlibatan CIA dalam gerakan kemerdekaan Tibet yang memakan banyak korban jiwa. Menurut Dalai Lama, CIA terlibat bukan karena peduli terhadap rakyat Tibet, melainkan karena mereka ingin menggerus semua negara komunis di dunia. Lagipula, gerakan kemerdekaan macam ini bertentangan dengan keyakinan Dalai Lama akan paham non-kekerasan, yang terinspirasi oleh Mahatma Gandhi. Sebagai tambahan, dalam bab terakhir buku ini, Dalai Lama juga menjelaskan rencananya bagi masa depan Tibet berikut harapannya agar Tibet kelak bisa menjadi zona perdamaian dan cagar alam terbesar di dunia.

    Sebagai memoar kedua, Bebas di Pengasingan mencakup semua kisah yang terdapat dalam memoar pertama dalam satu sapuan yang ringkas namun padat (tentunya dengan menghilangkan detail-detail yang teknis). Namun, mengatakannya sebagai ringkasan juga tak terlalu tepat, karena ada kebaruan dan perspektif yang lebih personal dalam penyajiannya. Misalnya, ketika sedang menimbang-nimbang untuk melarikan diri ke India, Dalai Lama sempat terpikir untuk mengundurkan diri dari jabatannya agar konfrontasi dengan Cina bisa dihindari (bila, misalnya, ia tiba di India sebagai warga Tibet biasa alih-alih pemimpin mereka, tentu ada kemungkinan bahwa Cina takkan bereaksi dengan keras) – detail-detail baru yang demikian tak tercantum dalam buku pertama.

    Secara keseluruhan, memoar kedua Dalai Lama bersifat sangat personal, di mana Tibet di sepanjang abad ke-20 diteropong dengan sudut pandang orang pertama (bukan sembarang orang, melainkan pemimpinnya sendiri). Dengan keunikan dan keintiman sudut pandang ini, buku Bebas di Pengasingan adalah perpaduan menarik antara biografi, sejarah, dan renungan.


    Dharma Patron Rutin
    Dharma Patron Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana secara rutin setiap bulannya untuk menjaga kesinambungan pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddhadharma di Indonesia.


    Dharma Patron Non-Rutin
    Dharma Patron Non-Rutin

    Penyokong Dharma Mulia dengan berdana sekali waktu untuk pelestarian dan pengembangan Dharma di Nusantara. Berapapun nominalnya, akan sangat bermanfaat bagi Buddha dharma di Indonesia.


    MEMBERSHIP
    • login
    • register

    Infografis

    Find us At
    • facebook
    • instagram
    Lamrimnesia

    Lamrimnesia

    Yayasan Pelestarian dan Pengembangan Lamrim merupakan sebuah yayasan yang dirikan untuk melestarikan dan menyebarkan tradisi Lamrim guna mendorong bangsa Indonesia, khususnya generasi muda, untuk melakukan praktik Dharma yang didasari oleh ilmu yang nyata sehingga menciptakan perubahan positif bagi seluruh Nusantara.

    Hubungi Kami:

    Call Center Lamrimnesia
    Care - +6285 2112 2014 1
    Info - +6285 2112 2014 2
    email: [email protected]
    facebook: facebook.com/lamrimnesia

    Recent Posts
    March 21, 2023

    SELAMAT HARI ANTIDISKRIMINASI RASIAL INTERNASIONAL

    March 20, 2023

    Analisis Klesha di Balik Film “The Glory”

    March 17, 2023

    Bystander Effect, Di Balik Bullying yang Semakin Marak

    Store
    © 2023 ThemeSphere. Designed by ThemeSphere.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.