Cerita fiksi belaka, ditulis untuk lomba cerita min NDBF 5.0
Di sebuah vihara tua yang tersembunyi di dalam hutan, tinggal seorang biksu bernama Dharmika. Ia adalah seorang biksu yang bijaksana dan penuh kearifan dalam memahami ajaran Budhadharma. Setiap hari, Dharmika menghabiskan waktunya dengan merenung di kolam besar yang dipenuhi bunga teratai.
Suatu pagi, seorang pengunjung datang ke vihara tersebut. Pengunjung itu adalah seorang pria bernama Arya, yang merasa tertekan dan gelisah karena berbagai masalah hidupnya. Arya mendekati Dharmika yang sedang duduk dengan tenang di tepi kolam.
“Ayah biksu, saya merasa hidup saya penuh dengan kecemasan dan tekanan. Saya tidak tahu bagaimana cara mencari kedamaian dalam diri saya,” keluh Arya.
Dharmika tersenyum dan mengangguk mengerti. Ia menyadari bahwa Arya membutuhkan bimbingan untuk mencapai keseimbangan mental dan kedamaian dalam hidupnya.
“Mari, duduklah bersamaku di sini,” ajak Dharmika seraya menepuk tanah di sebelahnya.
Arya duduk di dekat Dharmika, dan mereka berdua memandangi bunga teratai yang indah di kolam. Dharmika dengan lembut mengajari Arya tentang arti sejati dari Budhadharma, tentang pentingnya merenung dan menenangkan pikiran agar dapat mencapai kedamaian batin.
“Seperti bunga teratai yang indah di kolam ini, pikiran kita juga bisa menjadi jernih dan tenang seperti permukaan air yang datar. Dalam ketenangan itulah kita dapat menemukan kedamaian,” kata Dharmika dengan bijaksana.
Dharmika mengajarkan Arya tentang meditasi dan teknik pernapasan yang dapat membantu menenangkan pikiran. Selama berhari-hari, mereka berdua merenung di tepi kolam, mencari kedamaian batin dan mendalami ajaran Budhadharma.
Alur cerita pun berjalan dengan penuh ketenangan. Dharmika dan Arya menjadi sahabat karib, dan dengan bimbingan Dharmika, Arya semakin mengerti tentang pentingnya menjaga keseimbangan dan ketenangan dalam hidup.
Pada suatu hari, Arya tiba-tiba menghilang dari vihara. Dharmika merasa sedih dan khawatir, namun ia memahami bahwa setiap perjalanan memiliki tujuannya masing-masing.
Beberapa bulan berlalu, Dharmika menerima surat dari Arya. Di dalam surat itu, Arya menuliskan tentang bagaimana ajaran Budhadharma yang ia pelajari dari Dharmika telah mengubah hidupnya. Ia menemukan kedamaian dalam dirinya dan mampu menghadapi masalah dengan tenang dan bijaksana.
“Pengalaman ini mengajarkan saya tentang pentingnya mencari kedamaian batin dan menjaga keseimbangan dalam hidup. Terima kasih, Ayah Dharmika, karena telah membantu saya menemukan jalan menuju kesejahteraan mental,” tulis Arya.
Dharmika tersenyum bahagia membaca surat dari Arya. Ia merasa senang telah dapat membantu seorang saudara mencapai kedamaian dalam hidupnya. Hidup Dharmika pun menjadi lebih bermakna karena ia telah berhasil memberikan pengaruh positif pada kehidupan orang lain.
Beberapa tahun kemudian, Dharmika tetap setia tinggal di vihara, meneruskan ajaran Budhadharma kepada para biksu muda yang datang mencari ilmu. Ketenangan dan kebijaksanaannya menarik banyak orang yang merasa terbantu oleh kata-kata bijaknya. Vihara tersebut menjadi tempat pelarian bagi mereka yang mencari kedamaian dalam dunia yang semakin hektik.
Salah satu biksu muda yang tertarik dengan ajaran Dharmika adalah seorang wanita muda bernama Sari. Dia datang ke vihara setelah mendengar cerita tentang kebijaksanaan dan kedamaian yang diberikan Dharmika kepada para pengunjungnya. Sari adalah seorang wanita yang penuh semangat, namun pikiran dan emosinya sering kali tidak stabil, mengganggu keseimbangannya dalam menjalani kehidupan.
Bersama Dharmika, Sari memulai perjalanan untuk mencapai kesejahteraan mental. Dharmika mengajarkan teknik meditasi dan memberikan nasihat bijak tentang bagaimana mengatasi gelombang emosi yang menerpa pikiran. Dalam setiap sesi meditasi, Sari belajar untuk mengamati pikiran dan emosinya dengan bijaksana, tanpa ikut terbawa arus perasaan yang mengganggu.
Dharmika dan Sari bermeditasi di tepi kolam yang dipenuhi bunga teratai, mirip dengan pengalaman Dharmika bersama Arya beberapa tahun sebelumnya. Kini, peran Dharmika sebagai tokoh bijaksana semakin kuat, karena dengan gaya penulisan yang sederhana dan penuh kasih, ia berhasil membimbing Sari menuju kedamaian batin.
Dalam perjalanan spiritualnya, Sari menemukan bahwa kesejahteraan mental tidak hanya datang dari meditasi, tetapi juga dari kebijaksanaan dan cinta kasih. Dharmika telah menginspirasi Sari untuk menjadi lebih bijaksana dan penuh perhatian terhadap diri sendiri dan orang lain.
Moral dari cerita ini adalah bahwa melalui ajaran Budhadharma dan ketenangan batin, seseorang dapat mencapai kesejahteraan mental. Dharmika sebagai tokoh bijaksana dan penuh perhatian, dengan gaya penulisan yang penuh kelembutan, berhasil membantu Arya menemukan jalan menuju kedamaian dan membantu Sari mencapai kesejahteraan mental. Pesan dalam cerita ini adalah pentingnya menjaga keseimbangan dan ketenangan dalam hidup untuk mencapai mental wellness, dan pentingnya bimbingan dan dukungan dari orang bijaksana dalam perjalanan menuju kedamaian batin.
Bio Penulis
Perkenalkan nama saya Andi Indah Ayu Lestari saya lahir di Watampone, Sulawesi Selatan pada tangga 14 Maret 2000. Selain kerja, saya biasanya mengisi waktu luang dengan menulis. Sebagai seorang penulis kreatif, saya selalu terinspirasi oleh keindahan alam dan kompleksitas kehidupan. Menggali kedalaman emosi dan pengalaman manusia melalui kata-kata adalah passion saya. Menulis untuk menyampaikan pesan yang menginspirasi dan menyentuh hati pembaca. Misi saya adalah mencerahkan dunia dengan kisah-kisah bermakna dalam gaya penulisan yang mengalir.