Tahukah Sahabat? Saat ini kita sedang krisis ruang terbuka hijau! Jumlah hutan di Indonesia terus berkurang karena deforestasi atau penebangan hutan dan kebakaran hutan. Di kota-kota juga pohon semakin jarang terlihat. Padahal, kita butuh hutan dan pohon demi memperoleh oksigen, sumber air, sumber pangan, dan habitat bagi berbagai jenis makhluk hidup. Selain itu, kita juga bisa belajar Dharma dari pohon, lho!!
Belajar Dharma dari Pohon
Belajar Dharma semakin mudah di masa kini berkat teknologi yang semakin maju. Kita bisa baca buku Dharma di Google Play Books, aplikasi Kabar Dharma, atau menggunakan berbagai website. Tapi tanpa teknologi pun, kita bisa juga belajar Dharma melalui tanaman yang tumbuh di sekitar kita. Buddha sangat sering memberi nasihat dengan pepohonan sebagai perumpamaan. Kita pun bisa belajar darinya.
Misalnya, dalam Dhammapada syair 377, Buddha berkata,
”Seperti tanaman Vassika (pohon melati yang merambat) menggugurkan bunga-bunganya sendiri yang layu kering, begitu pula hendaknya engkau, O Bhikkhu, membuang nafsu dan dendam.”
Meski syair tersebut ditujukan kepada para biksu di masa Buddha Sakyamuni, kita sebagai umat awam juga bisa mempelajari, merenungkan, dan mempraktikkan makna yang tersirat dari ucapan Buddha ini.
Dengan mengamati tanaman, manusia dapat memahami perlunya membuang segala hal buruk dalam diri. Seperti pohon melati rambat yang tumbuh seraya menggugurkan bunganya sendiri ketika sudah layu dan kering, manusia juga perlu membuang keserakahan, kesombongan, dan kebencian dalam diri agar dapat terus tumbuh hingga meraih pencerahan tertinggi.
Tak hanya membuang keburukan dalam diri, dalam Dhammapada syair 162, Buddha juga mengajarkan agar kita tidak menjadi benalu yang merugikan makhluk lain:
“Orang yang berkelakuan buruk adalah seperti tanaman menjalar maluva yang melilit pohon sala. Ia akan terjerumus sendiri, seperti apa yang diharapkan musuh terhadap dirinya.”
Kita memang makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa makhluk lain, tapi janganlah kita menjadi benalu, cuma mengambil tapi tidak pernah memberi. Kita tetap harus menjadi manusia yang bisa berdiri sendiri dan berguna untuk banyak makhluk. Siapapun yang menjadi benalu bagi orang lain sama saja menjerumuskan diri sendiri dalam penderitaan.
Hai, Buddhis, yuk Tanam Pohon!
Pohon yang amat bermanfaat ini ternyata terus berkurang dari hari ke hari akibat kebakaran dan penebangan hutan. Kalau sampai habis, bagaimana nasib kita? Bisa-bisa bumi semakin panas, bencana alam makin sering berdatangan, sumber makanan menipis, dan 80% keanekaragaman hayati kehilangan habitat.
Agar kita tidak sampai kehilangan hutan dan pepohonan, kita harus mulai menanam pohon dan memelihara hutan dari sekarang!
Buddha juga pernah berkata dalam Vanaropa sutta (SN 1:47), “mereka yang membangun taman atau hutan, orang-orang yang membangun jembatan, tempat untuk minum dan sumur; mereka yang memberikan tempat tinggal. bagi mereka, jasa selalu meningkat pada siang dan malam hari. Mereka adalah orang-orang yang menuju ke surga, mantap dalam Dharma, memiliki moralitas.”
Dalam kutipan Sutta tersebut, Buddha sangat menganjurkan kita untuk membangun hutan dan taman, tentunya termasuk menanam pohon. Dengan melakukan hal tersebut, berarti kita memberi manfaat kepada makhluk lain dan mementingkan keberlangsungan hidup mereka. Ini termasuk praktik Dharma.
Kita bisa ikut menanam pohon dan melestarikan hutan dari sekarang. Kebetulan banget, tanggal 10 Januari diperingati sebagai Hari Sejuta Pohon Sedunia! Selain menanam sendiri, kita juga bisa cari-cari lembaga yang punya program penanaman pohon atau reboisasi hutan.
Di Hari Sejuta Pohon Sedunia ini, ayo kita ramai-ramai menjaga alam dengan menanam lebih banyak pohon. Pohon yang kita tanam dan rawat ini akan menghasilkan oksigen demi kelangsungan hidup penghuni bumi. Burung, ulat, semut, dan berbagai makhluk hidup lainnya akan memperoleh tempat tinggal. Bahkan kita bisa mengingatkan orang lain dengan Dharma, bahwa kita lahir sebagai manusia yang berharga yang bisa memberikan berjuta manfaat bagi semua makhluk!
Penulis: Junarsih
Referensi:
Tirto.id – “10 Januari Memperingati Hari Tritura dan Hari Sejuta Pohon Sedunia”
Forestdigest.com – “Mengapa Data Luas Hutan Berbeda-beda”