What is this feeling so sudden and new
I felt the moment I laid eyes on you
My pulse is rushing, my head is reeling
My face is flushing, oh, what is this feeling?
Fervid as a flame, does it have a name?
Pernahkah kita berusaha mengenal diri kita & emosi-emosi yang muncul di batin kita sampai sedetail ini? Padahal udah diajarin lho sama Buddha, termasuk mana yang perlu dikembangin, mana yang perlu dilawan, lengkap dengan penawar-penawarnya.
Ketika kita nggak kenal diri kita dan emosi apa yang muncul di batin kita, kita bakal bikin diri kita dan banyak orang menderita. Sebaliknya, kalau kita udah mengenal diri dan bisa mengendalikan batin, kita bisa memberi manfaat ke banyak orang. Sama kayak Elphaba yang bikin kerusakan kalau ngamuk, tapi jadi sakti ketika udah bisa menerima dan mengendalikan diri!
Baca juga: Citta & Cetasika dan Healing Emotions.
One short day, this precious human rebirth
One short day full of so much to do
Every way that you look in the city
There’s something exquisite
you’ll want to visit
Before your life’s through
Kelahiran kita sebagai manusia yang sangat berharga ini seperti satu hari yang singkat di Emerald City. Banyak banget yang menarik untuk dilakukan, tapi waktu kita terbatas karena kematian bisa datang kapan aja. Pastinya kita nggak mau dong pergi sebelum melakukan sesuatu yang berarti?
Seperti Elphaba & Glinda yang datang ke Emerald City dengan tekad untuk mewujudkan cita-cita mereka, kita juga harus manfaatin kelahiran kita sebagai manusia sebaik-baiknya untuk mewujudkan cita-cita penerangan sempurna!
Baca juga: Kemuliaan Kelahiran sebagai Manusia, Ini yang Harus Kuperbuat, dan Jika Hidupku Tinggal Sehari.
“Something has changed within me
Something is not the same
I’m through with playing by the
rules of cyclic existence
Too late for second guessing,
too late to go back to sleep
It’s time to trust Triratna,
close my eyes, and leap
It’s time to try defying samsara!
Kita ini jauh lebih beruntung dari Elphaba. Tak perlu bisa sihir dan ketemu Wizard untuk tahu samsara ini “jahat”. Kita juga punya guru yang baik, tulus mikirin kebahagiaan kita, dan sudah duluan menunjukkan penderitaan di balik “baiknya” kenikmatan sesaat.
Elphaba aja bisa ninggalin kesempatan untuk berkuasa dan dipuja-puja demi kebahagiaan kaum yang tertindas. Buddha, Guru kita, sudah melakukannya teladan ini berulang kali, sejak ribuan tahun yang lalu. Kapan kita mulai ikutin teladan Beliau dengan serius berjuang demi kebahagiaan semua makhluk?
Baca juga: 12 Aktivitas Agung Sang Begawan, Lakon Hidup Sang Penerang, dan Janji Setia Bodhisatwa.