oleh BESTRELOAD
Coba bayangkan seorang pejabat negara, ada satu yang biasa saja dan yang ada satu yang memiliki sifat serakah, mana yang berpeluang lebih besar untuk korupsi? Tentu saja yang serakah. Tanpa kita sadari, keserakahan merupakan sumber masalah dan konflik yang ada di dunia. Tidak puas akan kekayaan, kekuasaan, dan lain sebagainya, hasilnya apa? Korupsi, perang, berebut kekuasaan, kesenjangan sosial semua itu hanya disebabkan oleh hal ini: rasa tidak puas dengan yang dimiliki dan menginginkan hal-hal yang dimiliki orang lain. Inilah definisi serakah yang umum.
Dalam Buddhadharma, keserakahan merupakan salah satu dari 10 jalan karma hitam, atau hal-hal yang bisa mendatangkan akibat buruk bagi kita. Dari 10 jalan karma hitam, 3 berkaitan dengan perbuatan, 4 berkaitan dengan ucapan, dan 3 lagi berkaitan dengan mental. Yang pertama dari 3 karma hitam mental adalah keserakahan.
Lah, kalau bersifat mental, tindakannya apa? Kok jadi karma?
Jalan karma keserakahan yang lengkap adalah terpenuhinya 4 kondisi berikut:
- Dasar: kekayaan atau hal-hal yang dimiliki orang lain.
- Pemikiran, terbagi menjadi tiga yaitu:
- Identifikasi: melihat kekayaan atau hal-hal yang dimiliki orang lain tersebut sebagaimana adanya, contohnya adalah mengetahui persis apa yang dimiliki orang lain tersebut.
- Motivasi: keinginan atau niat untuk memiliki orang lain tersebut.
- Klesha: didasari kemelekatan, kebencian, ataupun kebodohan/ketidaktahuan.
- Tindakan: berjuang untuk mewujudkan niat tersebut dengan berpikir bagaimana cara mendapatkan barang atau kepemilikan yang diincar.
- Penyelesaian: adalah tekad bahwa hal yang kamu inginkan itu akan jadi milikmu.
Apakah saat kita jalan-jalan di mall dan mupeng melihat barang di etalase berarti kita membangkitkan keserakahan? Belum tentu, karena ketertarikan saja belum cukup untuk menjadi jalan karma keserakahan yang lengkap. Ada syarat yang harus dipenuhi, yaitu 1 dari 5 kondisi batin di bawah ini:
- Sangat melekat terhadap harta milik sendiri;
- Tidak pernah puas dan selalu menginginkan sesuatu lebih dan lebih;
- Mendambakan sesuatu dan berandai-andai, berimajinasi bagaimana memiliki hal tersebut;
- Cemburu, berpikir bahwa apapun yang dimiliki orang lain seharusnya dimiliki olehmu sendiri;
- Sepenuhnya ditaklukkan oleh keserakahan, tidak tahu malu, sepenuhnya lupa akan tekad untuk bebas dari keserakahan;
Kembali lagi kepada motivasinya, dalam banyak kasus, mungkin keserakahan yang kita bangkitkan tidaklah begitu lengkap. Ketika melihat barang bermerk yang bagus, kita seringkali hanya ‘ingin’ tanpa ada niat untuk benar-benar usaha untuk mendapatkannya. Ada kalanya juga kita ingin lebih dan lebih agar bisa menafkahi keluarga atau orang-orang terdekat kita. Kata kunci dari karma buruk keserakahan terletak pada ‘aku’, jadi jika aspek-aspek dari keinginan untuk memiliki hal-hal milik orang lain itu adalah untuk ‘aku’ atau ‘diriku sendiri’, maka karmanya akan semakin dekat menuju karma hitam yang lengkap. Lebih jauh lagi, jika kita semakin kuat memikirkan ‘aku’, semakin mementingkan diri sendiri, maka semakin mudah pula keserakahan muncul.
Yang dipelajari dalam topik jalan karma hitam keserakahan kali ini adalah: keserakahan itu hal yang sering muncul dalam diri kita, tapi yang berbahaya adalah ketika keserakahan ini sedikit demi sedikit dibiarkan dan dikembangkan, semakin dibiasakan. Keserakahan ini akan muncul dengan semakin mudah, lalu lama-kelamaan akan menjadi aksi seperti korupsi, mencuri, dan sebagainya.
Kita tentunya tidak bisa tiba-tiba jadi orang suci yang tidak punya keinginan sama sekali, tapi kita perlu belajar tentang keserakahan ini agar kita bisa ‘menangkap’ pikiran-pikiran serakah yang muncul dalam batin kita. Mungkin ada kalanya kita menginginkan sesuatu sedemikian rupa sehingga kita tidak peduli dengan orang lain, tapi kita bisa mengenalinya dan menghentikannya, bahkan melawannya dengan mempraktikkan kemurahan hati.
Jadi apakah kita sudah mulai mengikis sifat serakah ini?
Sumber: Karma dan Akibatnya (Dagpo Rinpoche)