“Saya sudah praktik Dharma bertahun-tahun, kok hidup saya tidak jadi lebih baik?”
Pernahkah kita berpikir seperti itu? Jika ya, bisa jadi penyebabnya adalah kita masih memisahkan praktik Dharma dengan kehidupan duniawi kita. Masih dalam pembahasan bab 3 Lamrim di Indonesia Lamrim Retreat 2017 tentang cara mendengarkan Dharma, kita harus melihat diri sebagai orang yang sakit, Dharma sebagai obat penyakit, dan guru Dharma sebagai dokter yang mahir yang mengobati kita. Namun, itu saja tidak cukup. Kita juga harus sadar bahwa kita perlu meminum obat Dharma untuk menyembuhkan penyakit kita. Dengan kata lain, kita harus secara langsung menyatukan Dharma dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana caranya menyatukan praktik Dharma dengan kehidupan sehari-hari? Pertama-tama kita harus banyak belajar dan memahami semua teori-teori Dharma, baik dari pengajaran langsung dari guru ataupun dari buku-buku. Ini adalah proses studi. Berikutnya, ketika kita menghadapi masalah dalam hidup sehari-hari, gunakan teori yang telah kita pelajari untuk menentukan keputusan atau kesimpulan apa yang harus kita ambil untuk mengatasi masalah tersebut. Ini adalah tahap kontemplasi. Terakhir, kita harus membiasakan batin kita dengan kesimpulan tersebut. Inilah yang disebut meditasi. Ketiga tahapan dalam praktik Dharma–studi, kontemplasi, dan meditasi–merupakan cara untuk mengubah batin kita agar sesuai dengan Dharma. Jika kita senantiasa sadar dan menjalankan ketiga praktik tersebut, otomatis ego kita akan berkurang dan batin kita akan semakin berkembang.
Bertumpu Pada Guru Spiritual
Setelah melewati tiga bab pertama Lamrim, Biksu Bhadra Ruci lanjut menjelaskan bab keempat, yaitu bagaimana murid dibimbing dengan instruksi yang sesungguhnya. Di sini ada dua bagian: bertumpu pada guru spiritual akar dari Sang Jalan dan bagaimana setelah bertumpu murid dibimbing untuk mengembangkan batin.
Topik bertumpu pada guru spiritual sendiri dibagi menjadi dua bagian, yaitu sesi meditasi dan di antara sesi meditasi. Yang dimaksud sesi meditasi di sini bukanlah duduk diam di depan altar. Sesi meditasi adalah keseluruhan proses studi, kontemplasi, dan meditasi terhadap topik-topik Lamrim yang kita lakukan dalam aktivitas kita sehari-hari.
Sesi meditasi dibagi ke dalam tiga poin: pendahuluan, praktik utama, dan kesimpulan. Pendahuluan, atau yang juga dikenal dengan istilah 6 Praktik Pendahuluan, merupakan ritual yang diwariskan oleh Guru Serlingpa Dharmakirti dari Sriwijaya. Keenam praktik ini adalah:
- membersihkan ruangan dan menyusun simbol tubuh, ucapan, dan batin Buddha di atas altar,
- membuat dan menata persembahan di altar,
- duduk dengan nyaman dalam postur meditasi, trisarana, dan membangkitkan bodhicitta,
- memvisualisasikan ladang kebajikan,
- memanjatkan Doa Tujuh Bagian,
- memanjatkan permohonan kepada guru-guru silsilah
Ritual merupakan cara kita berkomunikasi dengan para Buddha. Ritual 6 Praktik Pendahuluan ini merupakan cara untuk mengumpulkan energi positif yang kita butuhkan untuk menempa batin kita dari para Buddha dan guru-guru silsilah Lamrim, hingga guru kita sendiri.
Temukan penjelasan lengkap 6 Praktik Pendahuluan di buku Permata Hati bagi Mereka yang Beruntung
Setelah 6 Praktik Pendahuluan, kita masuk ke praktik utama. Bagian ini terdiri atas empat poin, yaitu manfaat bertumpu kepada guru spiritual, kerugian tidak bertumpu kepada guru spiritual atau melakukannya dengan tidak benar, cara berbakti kepada guru melalui pikiran, dan cara berbakti kepada guru melalui tindakan.
Guru spiritual itu seperti seorang konsultan bisnis serba bisa. Agar bisnis kita lancar dan untung besar, kita butuh masukan dari macam-macam konsultan: mulai dari konsultan bisnis, konsultan marketing, konsultan pajak, dan lain-lain. Guru adalah satu orang dengan semua kemampuan tersebut yang memberi kita petunjuk untuk menjalankan hidup kita agar kita mendapatkan manfaat maksimum.
Guru spiritual mengajak kita melihat bahwa kehidupan kita tidak berlangsung saat ini saja, tapi kita masih akan lahir dan mati berkali-kali setelahnya. Maka dari itu, beliau mengarahkan kita untuk melakukan investasi jangka panjang, yaitu menggunakan kelahiran kita sebagai manusia sekarang untuk menanamkan sebab-sebab kebahagiaan dari masa mendatang, baik itu kebahagiaan dalam bentuk kelahiran di alam tinggi, pembebasan dari samsara, hingga pencapaian Kebuddhaan yang lengkap dan sempurna. Guru spiritual membimbing kita untuk melatih batin hingga bisa mencapai ketiga tujuan yang sesuai dengan tiga jenis praktisi tersebut.
Bertumpu pada guru spiritual sendiri merupakan investasi dengan high cost, high risk, dan high gain. Kita harus mengorbankan banyak hal untuk bisa bertumpu kepada seorang guru spiritual dengan benar. Jika berhasil, manfaatnya amatlah besar. Sebaliknya, jika kita gagal atau membuat kesalahan, maka kerugiannya juga amatlah besar. Untuk mencegah kesalahan dalam bertumpu pada guru spiritual, amatlah penting bagi kita untuk membangkitkan keyakinan terhadap guru spiritual yang merupakan perwujudan dari Triratna dan semua Buddha serta menyempurnakan sikap mendengarkan Dharma yang telah dijelaskan di bab sebelumnya.
Contoh praktik bertumpu pada guru spiritual yang amat terkenal adalah kisa Milarepa, meditator agung yang mencapai Kebuddhaan dalam satu kehidupan. Beliau awalnya adalah seorang penjahat yang menggunakan ilmu hitam untuk menghancurkan satu desa. Namun, ia bertemu dengan Guru Marpa yang menggemblengnya habis-habisan. Selama belasan tahun Milarepa tanpa lelah melayani Marpa dengan susah-payah–mulai dari membajak sawah, harus tidur di kandang hewan, bahkan berulang kali membangun dan merobohkan benteng seorang diri dengan tangan kosong. Milarepa tidak pernah mengeluh dan menjalankan tugas dari gurunya dengan rela, hingga akhirnya ia ditugaskan untuk bermeditasi seorang diri di sebuah gua. Milarepa bermeditasi dengan memandang gurunya sebagai Buddha yang sesugguhnya dan akhirnya berhasil mencapai Kebuddhaan dalam satu kehidupan.
Apakah Milarepa membayar mahal selama bertumpu pada gurunya? Sudah pasti. Nyatanya ia disiksa habis-habisan selama ia berguru.
Apakah Milarepa mencapai hasil yang amat besar dari investasinya? Ini tak perlu diragukan lagi.
Kisah Milarepa membuktikan bahwa bertumpu pada guru spiritual benar-benar merupakan investasi high risk high gain. Tak perlu diragukan lagi, bertumpu pada guru spiritual adalah tahapan yang amat penting. Namun, Biksu Bhadra Ruci juga mengingatkan kita agar bisa realistis, tidak terlalu idealis dan tidak terlalu naif dalam mencari guru spiritual. Jangan sampai kita terjebak dalam bayangan hubungan guru-murid yang dramatis seperti dalam riwayat guru-guru besar. Kita harus siap dengan kenyataan bahwa guru spiritual tidak akan hanya menyenangkan kita. Sebaliknya, beliau akan memaksa kita berhadapan dengan hal-hal yang sulit kita terima dan melakukan hal-hal sulit yang tidak kita sukai agar batin kita bisa berkembang dan mencapai realisasi Dharma sejati.
Jadi, siapkah kita untuk berinvestasi pada praktik bertumpu pada guru spiritual?
Sesi pengajaran dharma Indonesia Lamrim Retreat 2017 dapat diikuti melalui livestreaming.
Untuk mendapatkan akses livestreaming, hubungi: Merry (082163276188)
Foto-Foto: